Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Beberapa Fauna Unik dari Hutan dan Sungai Amazon

image-gnews
Ikan piran raksasa yang tertangkap pemancing, di Kongo, Afrika. (Daily Mail)
Ikan piran raksasa yang tertangkap pemancing, di Kongo, Afrika. (Daily Mail)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai sungai terbesar dan nomor dua terpanjang di dunia, Sungai Amazon menjadi rumah bagi banyak flora dan fauna. Laman worldwildlife.org menulis, sebanyak 40 ribu spesies tanaman, 3.000 spesies ikan air tawar, lebih dari 370 jenis reptil, lebih dari 2.000 spesies baru tumbuhan dan vertebrata, termasuk monyet yang mendengkur seperti kucing, tinggal di Amazon.

Berikut beberapa fauna unik yang berasal dari Sungai Amazon:

  1. Piranha

Piranha dikenal sebagi ikan ganas yang mampu memakan mangsanya secara berkelompok dalam sekejap. Faktanya ikan ini tidak terlalu suka menyerang manusia. Namun tidak disangkal bahwa piranha memang mengerikan, dilengkapi dengan gigi tajam dan rahang yang sangat kuat, piranha dapat mengunyah mangsa dengan kekuatan lebih dari 70 pon atau 31,7 kilogram per inci persegi. 

  1. Kapibara

Kapibara adalah hewan pengerat terbesar di dunia. Beratnya dapat mencapai 150 pon atau 68 kilogram. Hewan ini tersebar di wilayah Amerika Selatan, namun lebih menyukai lingkungan yang hangat dan lembab di lembah Sungai Amazon.

Kapibara hidup dari vegetasi hutan hujan yang melimpah, termasuk buah-buahan, kulit pohon, dan tanaman air. Hewan ini hidp berkoloni dalam kawanan hingga 100 ekor. Hutan hujan mungkin terancam punah, tetapi kapibara tidak. Hewan pengerat ini terus berkembang, meskipun hewan ini dimakan warga beberapa desa di Amerika Selatan.

  1. Jaguar

Jenis kucing terbesar ketiga setelah singa dan harimau inj mengalami masa sulit selama abad terakhir. Disebabkan penggundulan hutan dan perambahan manusia telah membatasi jangkauan hewan di seluruh Amerika Selatan. Namun, berburu jaguar di lembah Sungai Amazon yang lebat sangat sulit. Jadi bagian hutan hujan yang tidak dapat ditembus manusia mungkin merupakan harapan terakhir dan terbaik binatang ini.

Tidak ada yang tahu pasti, tetapi setidaknya ada beberapa ribu jaguar yang memangsa megafauna di hutan hujan Amazon dan berada di puncak rantai makanan di sana.

  1. Berang-berang raksasa
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berang-berang raksasa dikenal juga sebagai jaguar air atau serigala sungai. Pejantan dapat tumbuh hingga enam kaki dan beratnya mencapai 75 pon. Mereka dikenal karena bulunya yang tebal dan mengilap yang membuatnya diburu manusia, sehingga hanya ada sekitar 5.000 berang-berang raksasa yang tersisa di seluruh lembah Sungai Amazon.

  1. Trenggiling raksasa

Saking besarnya hewan ini sehingga dikenal sebagai beruang semut. Tenggiling raksasa dilengkapi dengan moncong panjang yang lucu dan ekor yang panjang lebat. Beberapa di antaranya mencapai berat 100 pon atau 45 kilogram.

Seperti banyak mamalia berukuran besar di Amerika Selatan tropis, trenggiling raksasa terancam punah. Untungnya, lembah Sungai Amazon yang luas, berawa, dan tidak dapat ditembus, memberi populasi mereka tempat untuk tinggal.

  1. Golden lion tamarin

Dikenal juga sebagai marmoset emas, tamarin singa emas ini telah sangat menderita karena gangguan manusia. Menurut beberapa perkiraan, keluarga monyet ini telah kehilangan 95 persen habitatnya di Amerika Selatan sejak kedatangan pemukim Eropa 600 tahun yang lalu. Monyet ini hanya memiliki berat beberapa kilogram. Penampilannya semakin mencolok dengan surai lebat dengan rambut coklat kemerahan mengelilingi wajah datar bermata gelap.

Baca juga: Asal-usul Nama Hutan dan Sungai Amazon

ANNISA FIRDAUSI 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Banjir Dasyat Setinggi Leher Terjang Guangdong Cina, 11 Orang Hilang

4 hari lalu

Orang-orang berdiri di jalan yang banjir saat badai membawa hujan dan hujan es ke Nanchang, provinsi Jiangxi, Cina 2 April 2024. Reuters
Banjir Dasyat Setinggi Leher Terjang Guangdong Cina, 11 Orang Hilang

Sebelas orang hilang di Guangdong akibat banjir dasyat di provinsi selatan Cina itu pada Senin 22 April 2024


Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

29 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa malam, 27 Februari 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan alasan pemerintah memutihkan lahan sawit ilegal di kawasan hutan.


365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

29 hari lalu

Sawit 2
365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

Ratusan perusahaan pemilik lahan sawit ilegal di kawasan hutan mengajukan pemutihan.


Pemutihan Lahan Sawit Ilegal Dipercepat, Target Rampung 30 September 2024

29 hari lalu

Shutterstock.
Pemutihan Lahan Sawit Ilegal Dipercepat, Target Rampung 30 September 2024

Pemerintah mempercepat program pemutihan lahan sawit ilegal di kawasan hutan. Ditargetkan selesai 30 September 2024.


Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

29 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan seringkali tidak mendapatkan hak akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya di dalamnya.


Tingkat Deforestasi Tinggi, Kawasan Hutan IKN Baru 16 Persen dari Target 65 Persen

32 hari lalu

Massa buruh membawa poster saat menggelar aksi di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa, 14 Maret 2023. Para buruh juga menuntut pemerintah untuk menghentikan obral tanah dan hutan untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). TEMPO/M Taufan Rengganis
Tingkat Deforestasi Tinggi, Kawasan Hutan IKN Baru 16 Persen dari Target 65 Persen

Kondisi hutan di IKN yang sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung masih jauh dari kondisi ideal.


Kali Kamal Meluap, Ruas Tol Sedyatmo Masih Terendam

35 hari lalu

Kondisi Ruas Tol Sedyatmo  KM 27  arah Bandara Seoekarno-Hatta, masih tergenang air luapan Kali Angke, Jumat  22 Maret 2024.FOTO: dokumen  Jasa Marga
Kali Kamal Meluap, Ruas Tol Sedyatmo Masih Terendam

Ruas Tol Sedyatmo KM 27 terpantau hingga Jumat 22 Maret 2024 pukul 18.00 WIB masih terendam air luapan Kali Kamal.


Hari Hutan Internasional: Laju Deforestasi Hutan Tiap Tahun Mengkhawatirkan

36 hari lalu

Penggundulan hutan di India. [www.nature.com]
Hari Hutan Internasional: Laju Deforestasi Hutan Tiap Tahun Mengkhawatirkan

Hari Hutan Internasional diperingati setiap 21 Maret. Sejarahnya dimulai 2012 yang diprakarsai oleh PBB untuk membantu dan mendukung konservasi hutan


Agar Dilirik Wisatawan, Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul Diusulkan Digarap Sistem Blok

37 hari lalu

Taman Hutan Raya Bunder di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. (Dok.istimewa)
Agar Dilirik Wisatawan, Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul Diusulkan Digarap Sistem Blok

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyiapkan pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder di Kabupaten Gunungkidul dengan sistem blok.


Mentan Galakkan Pompanisasi 500 Ribu Hektare di Jawa, Siapkan Anggaran Rp 5,8 Triliun

38 hari lalu

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Mentan Galakkan Pompanisasi 500 Ribu Hektare di Jawa, Siapkan Anggaran Rp 5,8 Triliun

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman bakal melakukan pompanisasi pada 500 ribu hektare lahan tadah hujan di Pulau Jawa.