Jamur ragi diprediksi berkembang di dalam usus pria itu setelah ia mengkonsumsi antibiotik pada 2004. Pria itu lalu mendapatkan pengobatan anti-jamur dan mengkonsumsi suplemen berisi "bakteri baik" untuk mengatur kembali isi ususnya.
Dalam sesi terapi selama enam minggu, pria itu hanya mengkonsumsi makanan bebas gula, karbohidrat, dan alkohol. Kadar alkohol dalam darahnya pun turun hingga nol persen dan tak ditemukajejak si jamur ragi.
Laporan yang dibuat oleh peneliti Barbara Cordell dari Panola College di Carthage, Texas, dan Justin McCarthy, seorang gastroenterolog atau ahli penyakit perncernaan, menyebutkan bahwa fenomena itu tidak dikenal dalam dunia medis Barat.
"Hanya ada beberapa kasus serupa yang dilaporkan dalam tiga dasawarsa terakhir," tulis Cordell dalam laporannya, seperti dikutip laman Livescience dan CNN, Rabu, 25 September 2013.
Laporan yang dimuat dalam International Journal of Clinical Medicine menyebutkan bahwa sindrom fermentasi usus bisa terjadi akibat implikasi sosial seperti kehilangan pekerjaan, masalah dalam hubungan, stigma, hingga masalah hukum.
Meski jarang terjadi, Cordell dan McCarthy menyarankan agar petugas medis tak mengabaikan gejala sindrom itu atau laporan sejenis dari pasien.
LIVESCIENCE | CNN | GABRIEL TITIYOGA