TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Kediri, Malang, dan Blitar di Jawa Timur meletus hebat, Kamis pekan lalu pukul 22.50. Letusan gunung setinggi 1.700 meter itu sempat dikhawatirkan bakal "menular" ke gunung api di sekitarnya, seperti Gunung Bromo dan Semeru.
Namun dugaan ini ditepis Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Haryadi Permana. Ditemui di sela acara lokakarya internasional bertajuk "Climate and Societal Change in Coastal Areas in Indonesia and South East Asia" di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Haryadi mengatakan gunung api tidak saling mempengaruhi aktivitas satu sama lain.
Baca Juga:
"Sumber magmanya sama-sama dari lempeng bumi yang meleleh. Tapi satu gunung dengan lainnya dikontrol hal-hal yang berbeda," katanya, Rabu, 19 Februari 2014. "Tidak ada satu pun gunung yang bersambung (dapur) magmanya."
Erupsi Kelud sempat menimbulkan kepanikan warga di sekitar Gunung Merapi di Yogyakarta. Mereka mendengar dentuman dan getaran yang sempat dikira berasal dari Merapi. Padahal dentuman dan getaran itu berasal dari Kelud yang berjarak ratusan kilometer.
Menurut Haryadi, jika sejumlah gunung api memiliki dapur magma yang sama, seharusnya erupsi Gunung Sinabung merembet ke gunung api di dekatnya. Namun, nyatanya, letusan gunung api di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, itu justru "diikuti" oleh Kelud di Pulau Jawa, dengan selisih waktu sekitar sepekan. "Gunung api satu tidak akan memicu gunung api lain," katanya.
Ia mengatakan aktivitas gunung api tergantung pada pergerakan magma dari dapur magma ke permukaan. Magma pada deretan gunung api di sepanjang Pulau Sumatera dan Jawa berasal dari lelehan lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia ketika bertumbukan. Sinabung, Anak Krakatau, Merapi, hingga Kelud temasuk golongan gunung api ini.
Pada kedalaman 400 kilometer, lempeng akan meleleh dan menjadi magma. Karena berupa cairan, magma akan mencari jalan keluar ke permukaan bumi. Begitu ada retakan-retakan, magma akan melewatinya dan keluar dalam bentuk erupsi gunung api.
"Lempengan Indo-Australia yang bergeser kan sama. Ketika yang satu meleleh, yang lainnya belum tentu meleleh," kata Haryadi, menjelaskan bahwa banyak kondisi di bawah permukaan tanah yang belum diketahui oleh ilmuwan.
Terlepas dari perdebatan soal "penularan", Haryadi menilai erupsi Kelud telah ditangani dengan sangat baik. Warga yang tinggal di area radius 10 kilometer dari puncak gunung bisa secara cepat dievakuasi ke lokasi yang lebih aman.
Padahal letusan Kelud terbilang dahsyat. Gunung api tipe stratovolcano itu memuntahkan material vulkanik hingga ketinggian 17 kilometer dan meluncur hingga ke Samudra Hindia di barat daya Pulau Jawa. "Dari konsep menyelamatkan manusia, itu sukses," ucapnya.
MAHARDIKA SATRIA HADI
Berita Terpopuler:
Pique Waspadai Ketajaman Negredo
Neymar: City Masih Kalah Kelas Dibanding Barcelona
Pellegrini: Barcelona Bukan Hanya Messi
Martino Waspadai Trio Spanyol Milik City
Ini Strategi Barcelona Hadapi Manchester City