TEMPO.CO, Leipzig - Manusia Neanderthal ternyata hanya memiliki ragam genetik yang minim. Kondisi ini diduga mempengaruhi kelangsungan hidup spesies Neanderthal yang diprediksi lenyap dari Eropa sekitar 30 ribu tahun lalu.
Manusia Neanderthal adalah kerabat terdekat manusia modern yang hidup saat ini. Nenek moyang Neanderthal dan manusia modern diduga berpisah dan menyebar sekitar 550.000-765.000 tahun lalu.
Manusia adalah satu-satunya makhluk cerdas yang bisa bertahan hidup dalam seleksi alam. Namun manusia masih memiliki sedikit kemiripan genetik dengan Neanderthal. Dengan adanya perkawinan campur antar-spesies di masa silam, saat ini sekitar 1,5-2,1 persen dalam deoxyribonucleic acid (DNA) atau rantai gen manusia modern di luar Afrika berasal dari Neanderthal.
Svante Paabo dan koleganya dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman, mengeksplorasi variasi genetik dengan menganalisis tiga genom Neanderthal. Masing-masing milik Neanderthal berusia 49 ribu tahun dari Spanyol, Neanderthal berusia 44 ribu tahun dari Kroasia, dan dari Siberia yang berumur sekitar 50 ribu tahun. Sebagai perbandingan, tim peneliti yang berisi 30 pakar genetika dan paleontologi juga memeriksa DNA manusia modern dari Afrika, Prancis, Sardinia, dan seorang keturunan Italia Amerika dari Eropa.
Riset itu menunjukkan Neanderthal menjalani perubahan genetik yang berpengaruh pada bentuk rangka tubuh. Namun manusia purba itu hanya mengalami sedikit perubahan gen yang berimbas pada perilaku dan pigmentasi. "Ragam genetik Neanderthal lebih sedikit ketimbang manusia modern yang diketahui juga lebih sedikit dari simpanse dan sebagian besar kera," kata Paabo.
Laporan yang dimuat dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, 21 April 2014, menyebutkan para peneliti memeriksa 17.367 gen yang mengendalikan pembentukan protein. Mereka berfokus pada mutasi yang mengubah jenis asam amino apa saja yang masuk ke dalam protein-protein tersebut. Mutasi itu menyebabkan struktur dan fungsi protein ikut berubah.
Meski ada yang membawa keuntungan, mutasi yang mengubah asam amino pada protein lebih sering berdampak buruk. Gen yang berpotensi merusak biasanya hilang dalam perjalanan seleksi alam makhluk hidup karena percampuran dalam populasi yang besar. Akan tetapi, mereka yang masih memiliki mutasi tersebut menjadi tidak fit dan tak mampu untuk bereproduksi hingga akhirnya punah. Mutasi itu terakumulasi dalam populasi kecil yang terisolasi seperti yang terjadi pada Neanderthal.
Peneliti menemukan bahwa manusia purba itu memiliki duplikat mutasi yang mengubah asam amino pembentuk protein lebih banyak ketimbang manusia modern. "Jumlah Neanderthal tampaknya sangat sedikit dan ada indikasi mereka terbagi-bagi dalam populasi yang lebih kecil dan tidak berhubungan satu sama lain," kata Paabo.
Sergi Castellano, peneliti yang ikut dalam riset tersebut mengatakan mutasi dengan potensi merusak itu tidak langsung berhubungan dengan kepunahan Neanderthal. "Tak ada klaim yang menyebut mutasi itulah penyebab mereka punah," kata Castellano.
Peneliti justru menemukan gen tulang belakang Neanderthal berubah lebih dari yang diperkirakan. "Gen yang memberikan pengaruh lengkung tulang belakang Neanderthal telah berubah," kata Paabo. "Hal itu menunjukkan bagaimana tulang rangka mereka berubah drastis selama evolusi."
Sementara pada manusia modern, gen yang mempunyai pengaruh pigmentasi dan perilaku justru paling banyak berubah. "Kami belum tahu pasti bagaimana mutasi itu mempengaruhi perilaku manusia, itu jadi bahan penelitian yang menarik," kata Paabo.
LIVESCIENCE | EXAMINER | GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Berita Terpopuler:
Kasus Murid TK JIS, Tersangka Wanita Jadi Otaknya
Wali Kota Risma Arak Socrates Award Keliling Kota
Dukungan Pencopotan Suryadharma Meluas di Daerah