TEMPO.CO, Jakarta - Tahun 1920-an menjadi titik awal perburuan ikan paus dari yang sifatnya tradisional menjadi industri skala besar. Jumlah perburuan paus semakin bertambah banyak setiap dekade dan dilakukan secara sistematik. Laporan terbaru berjudul “Emptying the Oceans: A Summary of Industrial Whaling Catches in the 20th Century”, yang ditulis Matthew DeLuca dari NBC News, menjelaskan transformasi perburuan paus itu.
"Studi ini mencoba untuk menghitung jumlah paus yang dibunuh sebagaimana metode perburuan paus berubah pada akhir abad 19 dan awal abad 20 dari suatu model yang dijalankan oleh orang-orang dengan perahu dayung menjadi upaya industri yang mampu mengurangi jumlah mamalia laut tersebut dengan kecepatan tak terbayangkan sebelumnya," kata Matthew dalam laporannya
Para peneliti memperkirakan 2,9 juta paus tewas untuk tujuan komersial sekitar tahun 1900 hingga 1999. Perburuan paus mencapai puncaknya pada tahun 1950-an, ketika diperkirakan 469 ribu paus tewas di belahan bumi selatan saja.
Tingkat kematian paus sempat menurun setelah dikeluarkan moratorium internasional terhadap penangkapan paus pada 1986. Namun itu tidak menghentikan kelompok tertentu untuk memburu paus secara sembunyi-sembunyi.
Dalam laporan DeLuca, pertanyaan penting menguak: dapatkah paus yang tersisa bertahan hidup dan berkembang biak?
Faktanya, populasi paus tetap rendah akibat perburuan manusia. Ancaman lainnya, seperti perubahan iklim, persediaan makanan tidak stabil, dan suara dari sonar militer, bisa menghambat upaya memulihkan populasi. Hanya waktu yang akan memberi tahu bagaimana masa depan yang diperlukan untuk salah satu makhluk yang paling megah di bumi ini.
NBC | BIG THINK | MECHOS DE LAROCHA