TEMPO.CO, Bantul: Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan pembentukan Parangtritis Geomaritime Science Park pada Jumat sore, 11 September 2015. Lembaga ini merupakan hasil kerja sama antara Badan Informasi Geospasial, Fakultas Geografi UGM, Pemerintah DI Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Bantul.
Pembentukannya juga akan dibarengi dengan revitalisasi Laboratorium Geospasial Parangtritis dan restorasi kawasan gumuk pasir yang kini terancam rusak. Setelah peresmian itu, pemasangan patok pembatas zona inti gumuk pasir seluas 141 hektare juga dilakukan.
Saat meresmikan lembaga baru ini, Sultan mengaku gembira karena sudah lama menunggu ada pembentukan pusat riset di kawasan bentang alam yang potensial menjadi area wisata itu.
Ke depan, Sultan menambahkan, juga terbuka peluang untuk pembentukan lembaga serupa berbasis studi karst dan vulkanologi. "Tapi, mungkin pembentukan science park dan vulkanologi, seperti usulan UGM, masih butuh waktu lama," kata dia.
Sultan menegaskan penetapan batas zona inti gumuk pasir akan diikuti dengan pembersihan permukiman dan pepohonan serta aktivitas lain yang mengganggu pelestarian zona inti gumuk pasir.
Baca Juga:
Beberapa kali Sultan mengulang pernyataan yang meminta lurah dan kepala dukuh di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabaupaten Bantul agar aktif mencegah kerusakan kawasan geoheritage tersebut. "Lurah dan dukuh di sini harus mencegah ada permukiman dan aktivitas lain yang mungkin bisa merusak gumuk pasir," kata Sultan.
Selama ini, dalam catatan Tempo, masa depan kawasan gumuk pasir Parangtritis terancam karena banyak pohon, khususnya cemara udang, bertebaran di kawasan ini. Selain itu, sejumlah permukiman liar juga terbangun di sekitar zona inti gumuk pasir. Paling parah, sampai sekarang ada puluhan kolam tambak udang yang masih beroperasi di dekat maupun di dalam zona inti.
Fenomena ini bisa menghambat pembentukan barchan atau bukit gumuk pasir dengan bentuk puncak serupa bulan sabit. Sebabnya, pohon, bangunan dan tambak udang bertebaran di jalur lorong angin yang selama ini berhembus dari laut dan membawa material pasir halus pembentuk gumuk.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohammad Nasir yang datang di peresmian itu berharap Parangtritis Geomaritime Science Park bisa menjadi pusat informasi geospasial tentang kelautan dan pesisir bagi publik.
Menurut dia lembaga ini tak hanya layak menyediakan informasi memadai mengenai proses pembentukan gumuk pasir secara ilmiah bagi wisatawan. "Bisa juga menyediakan informasi bagi nelayan tentang lokasi perairan yang banyak plankton dan ikan," kata dia.
Adapun Koordinator Laboratorium Geospasial Parangtritis, Retno Wulan memerinci kawasan gumuk pasir akan terbagi dari tiga bagian. Kawasan ini terdiri dari 141 hektare zona inti, 95 hektare kawasan terbatas dan 111 hektare wilayah penyangga. "Zona inti harus segera bersih dari pepohonan, bangunan dan tambak," kata dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM