Temuan ini menunjukkan bahwa fluktuasi suhu di Jepang tampaknya terkait dengan penurunan rasio bayi laki-laki. "Itu terjadi lewat peningkatan kematian janin laki-laki ," tutur para peneliti dalam jurnal Fertility and Sterility.
Baca juga:
Sudirman Said Bantah Ada Perpanjangan Kontrak Freeport
Kasus Salim Kancil, Kepala Desa Akui Beri 'Sogokan' Polisi
Meski demikian, studi ini hanya menemukan asosiasi dan tidak dapat membuktikan bahwa perubahan iklim bertanggung jawab atas perubahan rasio jenis kelamin di Jepang. Ada juga faktor lain, misalnya polusi dan toksin di lingkungan yang mungkin mempengaruhi rasio itu.
Namun peneliti mencatat bahwa studi tersebut menemukan tautan antara temperatur pada bulan tertentu dan rasio jenis kelamin bayi sembilan bulan kemudian. Temuan ini menunjukkan bahwa fluktuasi suhu mungkin berperan dalam penurunan rasio jenis kelamin di negara itu.
Dua studi serupa di Finlandia dan Selandia Baru tidak menemukan hubungan antara negara bersuhu dingin dan rasio bayi yang lahir pada era 1800-an sampai 2000-an. Namun peneliti di Jepang mencatat bahwa kedua negara itu tidak mengalami temperatur yang sangat ekstrem seperti di Jepang.
"Kami ingin tahu apakah ada negara lain yang mengamati penurunan rasio jenis kelamin pada bayi selama cuaca ekstrem terjadi," kata juru bicara tim peneliti.
Selanjutnya...