TEMPO.CO, Jakarta - Layanan streaming video dan film dunia, Netflix, yang baru diluncurkan di Singapura pada Kamis, 7 Januari 2016, mendapat sejumlah kritik dari beberapa warga lokal karena kontennya sangat terbatas dibanding layanan di Amerika Serikat.
Harga berlangganan Netflix di Singapura dibanderol lebih murah daripada harga di AS, yakni dari US$ 7,65 atau sekitar Rp 106 ribu sampai Rp 164 ribu.
CNBC melansir pada Sabtu, 16 Januari 2016, bahwa beberapa pelanggan Netflix di Singapura tidak puas karena Netflix Singapura tidak sama seperti Netflix di AS. Konten yang hilang di layanan versi Singapura adalah House of Cards, Arrested Development, drama televisi Korea Selatan, dan film Chinese Kungfu.
Sebagian pelanggan ada yang mengungkapkan kekecewaannya melalui media sosial dan mengeluhkan kebijakan sensor yang ketat di negara tersebut.
Menurut The Strait Times, Netflix sebelumnya menyatakan beberapa acara mungkin tidak tersedia untuk pelanggan di Singapura karena kebijakan sensor. "Setelah meluncurkan di pasar tertentu, kami segera menambahkan banyak konten untuk layanan seiring dengan pertumbuhan yang cepat," kata juru bicara Netflix.
Ia menambahkan, "Dunia lisensi konten secara tradisional sangat terfragmentasi dan regionalisasi. Ini akan memakan waktu untuk mendapat penawaran yang sama di mana-mana."
Netflix juga telah mengenalkan fitur Parental Controls untuk konten yang membatasi umur di beberapa pasar, seperti Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Berdasarkan UU Film Singapura, yang berkaitan dengan pemilikan, impor, pembuatan, distribusi, dan pameran film, ada peraturan ketat mengenai apa yang bisa atau tidak bisa ditayangkan di negara tersebut.
"Netflix seharusnya berhak memperbaiki isu, tapi beberapa mungkin di luar kendali mereka karena sensor dari Otoritas Media Pengembangan Singapura," kata Kin Mun Lee, komentator sosial dan blogger ternama yang dikenal dengan nama samaran Mr. Brown.
Film yang berbau pornografi dan politik masih dilarang di Singapura, seperti To Singapore With Love, sebuah film dokumenter tentangan buangan politik republik.
Pekan lalu, Netflix, yang sebelumnya hanya ada di 60 negara, berhasil memperluas jaringannya di 190 negara, kecuali Cina. "Jelas (Cina) adalah negara yang sangat besar. Anda perlu izin khusus dari pemerintah untuk beroperasi. Jadi kami terus mengusahakan dan terus sabar," ucap CEO Netflix Reed Hastings saat konferensi pers di CES 2016.
CNBC | FRISKI RIANA