TEMPO.CO, Cambridge - Sebuah penelitian di Inggris menguak rahasia di balik kekuatan lengan manusia Neanderthal. Lengan yang kokoh ternyata bukan disebabkan oleh aktivitas berburu dengan tombak, seperti yang selama ini diyakini para ilmuwan.
Manusia Neanderthal (Homo neanderthalensis) dikenal sebagai manusia purba paling perkasa. Postur tubuhnya jauh lebih besar ketimbang manusia modern dengan kekuatan lengan yang luar biasa. Bahkan manusia Neanderthal mendapat julukan Popeye--tokoh kartun pelaut Amerika Serikat yang memiliki lengan sangat kuat dan bentuknya menggembung disertai tato bergambar jangkar.
Baca Juga:
Itu semua terjadi karena mereka terlalu sering menggores kulit binatang untuk membuat pakaian dan tempat tinggal. "Neanderthal memiliki tubuh bagian atas yang benar-benar menarik," kata peneliti Colin Shaw, antropolog biologi di University of Cambridge, seperti dikutip dari Live Science. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE.
"Satu-satunya populasi manusia modern yang memiliki sedikit kesamaan dengan kondisi pada manusia Neanderthal adalah pemain tenis. Mereka harus berulang-ulang memukul bola tenis secara agresif selama bertahun-tahun," ujar Shaw.
Dalam penelitiannya, Shaw, bersama rekan-rekannya di Pennsylvania State University dan University of Oxford, mempelajari kekuatan lengan kanan 13 responden laki-laki. Aktivitas listrik dalam otot diukur sewaktu mereka melakukan tiga macam gerakan menusukkan tombak yang berbeda.
Ketiga gerakan itu adalah gerakan menusuk dan menarik tombak secara cepat, gerakan menusuk berulang-ulang, dan menusuk disertai mendorong tombak jauh ke depan. Tim peneliti juga menganalisis empat macam gerakan lengan menggaruk karpet.
Percobaan dilakukan terhadap responden laki-laki karena kerangka Neanderthal yang paling banyak dianalisis oleh para ilmuwan berjenis kelamin laki-laki. Minimnya jumlah spesimen manusia perempuan membuat analisis kekuatan lengan sulit untuk dilakukan.
Para peneliti menemukan, gerakan menusukkan tombak menyebabkan aktivitas otot meningkat secara signifikan di sisi kiri tubuh responden. Kondisi berlawanan dijumpai pada fosil Neanderthal. Gerakan mendorong tombak--yang digambarkan sebagai aktivitas berburu--dinilai tidak dapat menguak misteri kekuatan lengan manusia Neanderthal.
Sebaliknya, gerakan menggaruk karpet--yang digambarkan sebagai aktivitas menggores kulit binatang--menyebabkan aktivitas otot yang jauh lebih tinggi di sisi kanan tubuh responden. Hasil ini menunjukkan kecenderungan yang mirip seperti yang dijumpai pada kerangka Neanderthal.
Shaw mengatakan berburu memang menjadi aktivitas yang penting bagi manusia Neanderthal. Tapi penelitian timnya memperlihatkan sebagian besar waktu manusia Neanderthal justru dihabiskan untuk melakukan tugas-tugas lain. "Seperti menggores kulit binatang besar," kata dia.
Kulit binatang diperlukan untuk membuat pakaian dan tempat tinggal. Keduanya sangat penting untuk membuat tubuh tetap hangat selama cuaca dingin. Teori ini semakin tepat lantaran alat penggores adalah artefak, yang paling sering ditemukan di situs fosil Neanderthal. Alat ini biasa digunakan untuk mengikis bagian yang tidak diinginkan dari kulit binatang.
Shaw mengatakan manusia modern (Homo sapiens) tidak menun jukkan kecenderungan serupa, meski hidup pada waktu dan tempat yang kurang-lebih sama seperti manusia Neanderthal. "Manusia modern menggunakan alat yang efektif sehingga tidak perlu bersusah payah menggores kulit binatang," kata Shaw.
LIVE SCIENCE | PLOS ONE | AMRI MAHBUB