TEMPO.CO, Oxford - Jauh sebelum mengenal daging dan biji-bijian, ternyata nenek moyang manusia adalah pemakan rerumputan. Itu terungkap lewat penelitian fosil gigi yang ditemukan di Chad, Afrika.
Dari fosil tersebut, tim peneliti yang terdiri atas para ahli lintas negara menemukan apa yang menjadi sumber energi nenek moyang manusia pada 3,5 juta tahun lampau. Fosil gigi itu diperoleh dari tiga fosil Australopithecus bahrelghazali di dua lokasi penggalian di Chad. A. bahrelghazali dikenal sebagai spesies hominin awal yang ditemukan di negara tersebut.
Baca Juga:
Enamel gigi menjadi fokus pencarian peneliti. Lapisan terluar gigi yang mengendapkan mineral ini menyimpan jejak makanan yang dikunyah manusia purba. Melalui pemeriksaan rasio isotop karbon, peneliti bisa menentukan jenis makanan yang dikonsumsi.
"Mereka memakan rerumputan tropis dan alang-alang," ujar ahli analisis isotop dari Research Laboratory for Archaeology and the History of Art, Oxford University, Julia Lee-Thorp, pada laman resmi universitas tersebut.
Penemuan manusia pemakan rumput ini sangat mengherankan para ilmuwan. Selama ini, tak ada kera besar Afrika, termasuk simpanse, yang mengkonsumsi tumbuhan yang banyak ditemukan di kawasan tropis dan subtropis itu. Hanya babon padang rumput yang diketahui memakan rumput dan ilalang. "Lebih mengejutkan lagi, A. bahrelghazali makan lebih banyak rumput ketimbang babon," ucapnya.
Penelitian terdahulu menyebutkan enamel gigi yang kuat diperlukan untuk mengunyah makanan keras, seperti biji-bijian dan kacang-kacangan. Penelitian Lee-Thorp menawarkan skenario berbeda. Pola konsumsi biji-bijian baru hadir belakangan setelah manusia memakan rerumputan. Gigi A. bahrelghazali sangat kasar dan memiliki kemampuan menggerus makanan seperti rerumputan tropis. Akar dan umbi juga menjadi makanan pokok manusia purba dari Chad ini.
Tiga fosil manusia purba itu ditemukan pada dua situs di Gurun Djurab. Gurun ini merupakan daerah kering dan tandus dekat bekas Sungai Bahr el Ghazal yang dulunya menghubungkan dua cekungan di sekitar Sungai Chad. Peneliti menemukan, pada masa lalu, daerah ini ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan perdu dan rerumputan.
SCIENCE DAILY | AMRI MAHBUB
Baca juga:
Begini Cara Mudah Mendeteksi Calon Juara Euro 2016
Euro, Copa, Dominasi Eropa