TEMPO.CO, Stanford - Tikus dapat mengetahui ada bahaya dengan mencium bau pemangsanya. Bau tersebut memberi sinyal yang kemudian dikirim ke otak melalui jalur saraf, sehingga sang tikus dapat menghindari kucing atau rubah yang akan menangkapnya.
Liqun Luo dan Kazunari Miyamichi dari Universitas Stanford menemukan teknik memetakan hubungan antara indra pencium tikus ke otak melalui saluran saraf dan bagaimana otak mengontrol gerakan. "Kejar-kejaran" ala Tom dan Jerry ini dipaparkan dalam jurnal Nature pada Februari lalu.
Menurut Luo, guru besar ilmu biologi, teknik mereka dapat diterapkan untuk melacak hubungan saraf dari setiap bagian sistem saraf. "Teknik ini dapat juga diadaptasi untuk digunakan pada tikus dan spesies mamalia lain," katanya.
Untuk menelusuri jalur saraf, mereka menyuntikkan dua virus ke otak tikus. Peneliti pertama menyuntikkan virus berkadar rendah ke pusat otak tikus yang lebih tinggi. Terjadi infeksi neuron di dekatnya. Dua pekan kemudian, disuntikkan virus kedua yang diberi warna merah.
Gen yang diperkenalkan virus pertama yang menginfeksi saluran dari otak ke bola penciuman, pergi ke arah yang berlawanan dari sinyal aroma bau. Para peneliti mengikuti gerak mundur virus kedua dan mengidentifikasi neuron dengan warna merah di bola pencium di mana virus berakhir.
Mereka lantas mengiris setiap otak tikus menjadi sekitar 60 bagian yang tipis dan memotretnya melalui mikroskop. Peneliti menggunakan algoritma yang canggih untuk menggabungkan gambar terbentuk model tiga dimensi dari bola pencium tikus. Hal ini memungkinkan mereka menemukan pola ketika virus mulai bergerak dari pusat-pusat otak yang lebih tinggi dan ke bola penciuman.
Ternyata sebagian besar jalur saraf menuju ke pusat pengolahan otak yang lebih tinggi yang langsung merespons tikus untuk suka atau tidak dengan bau tertentu. Hal ini terdapat di lokasi bagian atas bola indra pencium. Mereka juga menemukan setiap neuron di pusat-pusat otak menerima sinyal dari setidaknya empat neuron dalam bola pencium. Masing-masing menerima masukan dari sejumlah besar penerima bau.
SCIENCE DAILY | NATURE | AMRI MAHBUB