TEMPO.CO, Antartika - Otoritas satwa liar Amerika Serikat (US wildlife authorities) pada Senin, 9 Januari 2017, mengeluarkan rencana yang lebih luas untuk upaya menyelamatkan Beruang Kutub Antartika dari kepunahan. Selama ini pemanasan global telah menghancurkan habitat binatang ikonik ini.
"Rencana ini menguraikan tindakan-tindakan yang diperlukan dan komitmen nyata oleh (Fish and Wildlife) Service serta negara, kelompok suku, negara federal dan mitra international untuk melindungi beruang kutub dalam jangka pendek," ujar Greg Siekaniec, Direktur FWS wilayah Alaska.
Saat ini sekitar 22.000 hingga 31.000 beruang kutub yang tersisa di seluruh dunia. Dua sub populasi beruang kutub tinggal di pesisir pantai Alaska. Sisanya berada di Rusia, Kanada, Norwegia dan Greenland.
Rencana yang dinamakan Manajemen Konservasi Beruang Kutub itu menyerukan sejumlah aksi untuk menyelamatkan makhluk ikonik ini. Yang utama menyerukan pengurangan emisi gas rumah kaca global, yang meningkat dari pembakaran bahan bakar fosil dan menyumbang pada pemanasan cuaca (warming climate).
Selanjutnya mereka mengimbau pengurangan konflik antara manusia dan beruang, bersamaan dengan melindungi habitat mereka dan meminimalkan risiko pencemaran tumpahan minyak.
Aksi berikutnya mendesak penghentian perburuan beruang kutub, atau dalam prakteknya dikenal sebagai “panen penghidupan" (subsistence harvest) yang legal untuk penduduk asli. Perburuan itu telah membunuh kurang dari empat persen total populasi beruang kutub setiap tahun.
Beruang kutub masuk dalam daftar satwa yang terancam dibawah UU Spesies Langka (Endangered Species Act) pada 2008 karena kehilangan habitat lautan es. Sejak saat itu, kondisi Antartika semakin memburuk akibat pemanasan global. Wilayah Kutub utara yang ditutupi lautan es pada Oktober dan November 2016 terus tergerus.
AP | HOTMA SIREGAR
Baca Juga:
Strawberry Snow Percepat Perubahan Iklim
Ini Harapan Ahok di Sidang Kelima Kasus Penistaan Agama