Shimon diciptakan dengan pembimbing Bretan, Gil Weinberg, Direktur Center for Music Technology Georgia Institute. Menurut Weinberg, ini adalah lompatan dalam kualitas musik yang dibuat robot Shimon karena menggunakan kecerdasan buatan yang mendalam untuk menciptakan komposisi yang lebih terstruktur dan koheren.
"Kami ingin mengeksplorasi apakah robot bisa menjadi kreatif secara musikal dan menghasilkan musik baru yang bisa kita temukan dengan indah, inspiratif, dan aneh," ujarnya.
Shimon akan menciptakan lebih banyak lagu pada masa depan. Selama para peneliti memberi asupan berbeda, robot ini akan menghasilkan sesuatu yang berbeda setiap waktu. Termasuk musik yang tidak dapat diprediksi oleh para periset.
Baca: Analis Bahas Visi Kecerdasan Buatan Bos Google, Sundar Pichai
Pada bagian pertama, Bretan menyuapi Shimon sebuah melodi yang terdiri atas notasi kedelapan. Shimon menerima melodi nada ke-16 untuk kedua kalinya, yang mempengaruhinya untuk menghasilkan urutan nada yang lebih cepat.
Bretan mengakui bahwa ia tidak bisa memilih lagu individu yang Shimon rujuk. Ia mampu mengenali perkembangan chord klasik dan pengaruh artis, Mozart misalnya.
"Mereka terdengar seperti perpaduan jazz dan klasik," kata Bretan, yang memainkan keyboard dan gitar pada waktu senggangnya. "Saya pasti mendengar lebih klasik, terutama dalam harmoni. Tapi kemudian saya mendengar langkah-langkah bergerak berwarna di bagian pertama. Itu pasti sesuatu yang Anda dengar di jazz."
Laboratorium juga menciptakan prosthesis robot (bagian badan buatan) untuk drummer, lengan ketiga robot untuk semua drummer, serta pendamping robot interaktif yang memutar musik dari telepon dan menari sesuai irama. Semua digerakkan oleh kecerdasan buatan.
Baca: Google Luncurkan Divisi Kecerdasan Buatan
Simak informasi lainnya tentang robot dan kecerdasan buatan hanya di kanal Tekno Tempo.co.
SCIENCE DAILY | WIRED | AHMAD NURHASIM