TEMPO.CO, Jakarta - Kembang api selalu jadi menu pelengkap kemeriahan perayaan besar, seperti hari kemerdekaan Amerika Serikat yang jatuh pada Selasa ini, 4 Juli. Keindahan pancuran warna merah, putih, dan biru maupun letusan dengan percikan warna ungu yang menghiasi langit jadi hiburan tersendiri bagi masyarakat.
Tapi, tahukah Anda dari mana asal warna-warna tersebut? Berdasarkan American Chemical Society (ACA), di dalam setiap kembang api, terdapat sebuah aerial shell—tabung yang berisi bubuk mesiu dan lusinan unit kecil yang disebut “stars”-- dengan diameter berukuran 3-4 sentimeter. Stars memiliki bahan bakar, zat pengoksidasi, bahan pengikat, dan garam logam atau oksida logam—sumber dari warna-warna kembang api.
Beberapa saat setelah sumbu dibakar, bubuk mesiu akan terbakar dan meledakkan aerial shell saat kembang api berada di udara. Dalam prosesnya stars akan ikut meledak jauh dari tanah dan tersebar, menghasilkan pancuran cahaya dan warna.
Setelah terkena api, bahan bakar dan zat pengoksidasi dari stars menghasilkan panas dengan cepat sehingga mengaktifkan logam yang mengandung pewarna. Dalam keadaan panas, atom-atom dari senyawa logam tersebut menyerap energi yang menyebabkan elektron-elektron menyusun kembali tingkatan energi mereka dari yang paling rendah hingga ke yang lebih tinggi. Karena elektron kembali ke tingkat energi yang lebih rendah, energi yang tersisa akan terpancar sebagai cahaya.
Setiap elemen dari bahan kimia mengeluarkan jumlah energi yang berbeda-beda. Energi inilah yang menentukan warna atau panjang gelombang cahaya yang terpancar.
Sebagai contoh, ketika natrium nitrat dipanaskan, elektron dalam atom natrium menyerap energi dan menuju ke tingkat yang lebih tinggi. Menurut Bassam Z Shakhashiri, profesor di bidang Kimia di Universitas Wisconsin-Madison, seperti ditulis di situs universitas tersebut, saat elektron kembali dari tingkat yang lebih tinggi, mereka melepaskan energi, sekitar 200 kilojoule per unit atau energi dari cahaya kuning.
Pembuatan warna biru membutuhkan senyawa tembaga klorida dengan jumlah yang berbeda. Warna merah berasal dari garam strontium dan garam lithium, sedangkan warna merah yang paling terang berasal dari karbonat strontium, ACA menjelaskan di situs mereka.
Seperti cat, warna-warna kedua dibuat dengan menggabungkan bahan-bahan dari warna-warna utama yang terkait. Campuran dari senyawa tembaga untuk membuat warna biru dan senyawa strontium untuk membuat warna merah akan menghasilkan cahaya warna ungu.
Kembang api telah ada ratusan tahun dan selama berabad-abad para ahli kimia piroteknik telah mengembangkan kombinasi bahan-bahan kimia yang tidak hanya menghasilkan tampilan visual yang menakjubkan dalam bentuk dan warna, namun juga stabil dan dapat digunakan dengan aman, John Conkling, ahli kimia dan kembang api di Washington College, Maryland, mengatakan kepada ACA.
LIVESCIENCE | LIDWINA TANUHARDJO | NS