Selain robot pemanjat, perekat yang dikembangkan Cutkovsky dan koleganya dari NASA juga digunakan pada alat yang membantu manusia memanjat beberapa jenis permukaan. Sistem perekat ini meniru jemari cicak yang bisa menempel pada permukaan karena memiliki bantalan dengan rambut halus berukuran 200 nanometer.
Ketika menyentuh permukaan, rambut mikroskopik pada jemari cicak itu menghasilkan gaya van der Waals: reaksi intermolekular akibat perbedaan posisi elektron di luar molekul dan memicu reaksi saling menarik. Meski ukuran rambutnya lebih besar, sekitar 40 mikrometer, perekat gripper bekerja dengan sistem serupa.
Rambut halus pada grid di lengan robot itu berfungsi jika didorong pelan ke arah tertentu. Menurut Elliot Hawkes, peneliti dari University on California, Santa Barbara, sistem itu dapat membantu mengambil obyek yang tengah melayang.
Baca: Mahasiswa Unair Bikin Robot Pembasmi Bakteri Penyebab Infeksi
Biasanya obyek melayang akan bergerak menjauh ke arah berlawan ketika mendapat dorongan atau tekanan. "Kami bisa menempelkan gripper secara lembut, menekan bantalannya hingga mereka saling terkunci, lalu memindahkan obyek itu," kata Hawkes. Sistem pengunci akan terlepas dengan gerakan lembut yang sama.
Para peneliti telah menguji gripper versi kecil di laboratorium. Alat itu juga dites dalam beragam eksperimen dengan gravitasi nol, termasuk di Stasiun Antariksa Internasional. Hasil pengujian awal yang menjanjikan itu mendorong para peneliti menjajal gripper di luar stasiun.
Kebanyakan sampah antariksa berawal dari satelit yang hancur karena saling bertabrakan atau terbakar di atmosfer bumi. Sampah antariksa beraneka rupa dan ukuran. “Yang berukuran lebih dari 10 sentimeter berkisar 20-25 ribu potong,” kata Tiar Dani, peneliti astronomi di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional di Bandung, Jawa Barat.
Baca: Mahasiswa Aceh Ciptakan Robot Pencari Korban Gempa
Selanjutnya: Sampah antariksa umumnya...