Tim kemudian menguji model matematis tersebut dengan basis data dari 474 spesies di seluruh animalia kingdom. Tim lantas mengungkap bahwa kecepatan maksimum dengan akurasi mendekati 90 persen di tiap famili kingdom.
Sekitar 10 persen error, menurut tim, disebabkan berbagai masalah, seperti kesalahan pengukuran, serta adaptasi tubuh antara spesies spesifik dan sumber panas hewan (berdarah panas atau berdarah dingin).
Dalam jurnal tim juga menjelaskan bahwa hewan berdarah panas (endotermik) di darat lebih cepat ketimbang hewan berdarah dingin (ektotermik). Musababnya, hewan endotermik dapat beraktivitas bebas tanpa dipengaruhi suhu luar tubuhnya.
Anehnya, pola itu terbalik di satwa air. Makhluk berdarah dingin bisa bergerak lebih cepat ketimbang hewan berdarah panas. Ini mungkin karena satwa laut berdarah panas, seperti penguin dan paus, menghabiskan beberapa waktu mereka di darat. Menariknya lagi, mereka jugalah yang memiliki nenek moyang yang pernah hidup di darat.
"Hewan-hewan tersebut telah berevolusi dan membuatnya sedikit bergerak lebih lambat di air," ujar Walter Jetz, anggota tim.
Baca: Ilmuwan Bikin Riset Soal Kebahagian di Media Sosial
Selanjutnya: Formula baru
<--more--!>
Lepas dari itu semua, formula baru untuk menghitung kecepatan ini sangat berguna untuk melacak migrasi hewan dan interaksi antara predator dan buruan. Lainnya, kata dia, bisa digunakan untuk mengukur kecepatan hewan yang sudah punah, seperti keluarga dinosaurus.
Dia sedikit memberikan gambaran tentang kecepatan keluarga reptil besar yang sudah punah itu. Velociraptor bisa mencapai kecepatan maksimal 54,5 kilometer per jam, Tyranosaurus rex hanya bisa berjalan dengan kecepatan maksimal 27 kilometer per jam, dan dinosaurus berleher panjang Brachiosaurus mampu berjalan dengan kecepatan 11,9 kilometer per jam.
Baca: Riset Pengalaman Jelang Kematian: Cahaya, Terowongan, dan Ruh
Simak hasil riset terbaru lainnya hanya di kanal Tekno Tempo.co.
NATURE ECOLOGY AND EVOLUTION | LIVE SCIENCE | AMRI MAHBUB