TEMPO.CO, Berlin - Bertubuh besar bukan berarti tidak punya kelemahan, demikian riset terbaru soal satwa bertubuh besar. Seperti halnya kerbau yang punya tubuh tambun tapi tidak bisa menghindari cengkeraman harimau yang memiliki tubuh lebih kecil.
Dalam animalia kingdom, hewan yang gesit dan memiliki kecepatan super biasanya memiliki ukuran tubuh yang sedang. Di darat, cheetah (Acinonyx jubatus) bisa berlari lebih cepat daripada singa (Panthera leo). Di laut, lumba-lumba (Delphinidae) mampu berenang melesat ketimbang paus (Cetacea). Di udara, elang peregrine (Falco peregrinus) bisa menerkam mangsa buruan lebih cepat ketimbang elang botak (Haliaeetus leucocephalus).
Hewan yang lebih besar memang memiliki otot yang lebih besar dan kuat. Namun kenapa mereka tidak bisa menggunakan keunggulan tersebut untuk kecepatan?
Pertanyaan tersebut telah dijawab tim ilmuwan asal Jerman dengan menggunakan hitungan matematis. Jawabannya cukup sederhana: satwa berbadan besar dibatasi oleh jumlah energi yang dapat dikendalikan untuk dimanfaatkan dalam kecepatan.
"Pada saat hewan besar menggunakan energinya untuk berlari, cadangan energi mereka yang tersedia juga akan segera habis," demikian penjelasan tim dalam jurnal Nature Ecology and Evolution edisi 17 Juli 2017. Studi berjudul "A general scaling law reveals why the largest animals are not the fastest" itu dipimpin Myriam R. Hirt, pakar ekologi dan zoologi dari German Centre for Integrative Biodiversity Research.
Baca: Riset: Lebih Baik Menganggur daripada Kerja tapi Stres
Selanjutnya: Hubungan antara ukuran dan kecepatan