TEMPO.CO, Boston: Pembuat Jet Supersonic S-512 yang berbasis di Boston, Spike Aerospace, baru-baru ini mengumumkan beberapa update menarik desain pesawat yang telah diperkenalkan sejak 2013 itu. Desain terbaru diklaim membuat jet itu lebih aman untuk jetsetters. Dan desain baru juga bisa membuat pesawat supercepat itu lebih cepat.
Insinyur Spike Aerospace mengklaim S-512 bisa mencapai kecepatan maksimum Mach 1,8 (2.205 km/jam), yang merupakan 1,8 kali kecepatan suara. Sebagai perbandingan, jet jumbo komersial Boeing 747 dapat mencapai kecepatan maksimum Mach 0,92 (1.126 km/jam).
Jika S-512 benar-benar mencapai kecepatan supersonik ini, jet ini akan secepat F-18 Hornet, jet tempur militer dengan kecepatan maksimum Mach 1,8. Hal ini juga akan membuat jet supersonik ini sekitar 450 mph (724 km/h) lebih cepat dari jet sipil tercepat, menurut Spike Aerospace.
Pada kecepatan itu, penumpang bisa melakukan perjalanan dari New York ke London dalam 3 jam. Perjalanan supercepat ini difasilitasi oleh sayap delta rancangan baru pesawat itu, menurut Anutosh Moitra, seorang insinyur senior di Spike Aerospace.
"Sayap delta S-512 memberikan efisiensi aerodinamis yang tinggi dan peningkatan kinerja dalam penerbangan kecepatan rendah dan supersonik," kata Moitra dalam sebuah pernyataan.
Bentuk sayap dan ekor yang baru dimodifikasi membantu mengurangi hambatan udara yang memperlambat pesawat dan mengurangi efisiensi bahan bakar pesawat, Moitra menambahkan. Ekor baru juga membuat pesawat lebih ringan, yang pada gilirannya membantu terbang lebih cepat, tambahnya.
Tapi kecepatan jet hanya sebagian dari daya tariknya. Interior pesawat itu, dijuluki "Multiplex cabin", tampak seperti di film fiksi ilmiah yang sangat mewah, dengan jendela besar yang memungkinkan untuk melihat pemandangan. Spike Aerospace berencana untuk menaruh meja dalam kabin pesawat.
Tentu saja, semua kemewahan ini ada biayanya. S-512, dirancang sebagai jet bisnis, kemungkinan akan berbiaya antara US$ 60 juta (Rp 800 miliar) dan US$ 80 juta (Rp 1 triliun) menurut laporan Science Alert. Meskipun ini harga yang serius, Vik Kachoria, CEO dan presiden Spike Aerospace, menilai "terbang supersonik merupakan masa depan penerbangan."
ERWIN Z | LIVESCIENCE