Hewan Laut Migrasi Hindari Pemanasan Global, Spesies Ini Salah Arah

Reporter

Tempo.co

Rabu, 9 September 2020 21:59 WIB

Sebuah perahu yang digunakan untuk mensurvei terumbu karang yang menjadi putih di Maldewa. Sekitar tiga dekade terumbu karang banyak yang mati karena sterss yang diakibatkan oleh pemanasan global. (The Ocean Agency/XL Catlin Seaview Survey via AP)

TEMPO.CO, Jakarta - Pemanasan global yang memicu perubahan iklim memaksa banyak satwa tak terkecuali spesies penghuni dasar laut mencari tempat baru agar bisa bertahan hidup. Mereka merespons menghangatnya air laut dengan bermigrasi mencari perairan yang lebih dingin.

Masalahnya, spesies dasar laut bukanlah perenang yang andal. Sebuah studi yang diterbitkan jurnal Nature Climate Change menemukan beberapa spesies di landas kontinen Atlantik Barat Laut seperti kerang, siput, bintang laut, dan cacing bahkan bermigrasi ke arah yang salah, yang justru mengancam keberlangsungan hidupnya.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti menemukan bahwa migrasi yang salah dipicu oleh peningkatan suhu yang berdampak ketika tiba musim bertelur. Peningkatan suhu itu menyebabkan spesies bertelur lebih awal. Telur yang menjadi larva akan terpapar pola angin dan arus laut yang membawa mereka ke arah daratan dan perairan yang lebih hangat--yang tidak mereka alami pada musim bertelur yang normal.

Akibatnya kesempatan mereka untuk hidup sangat kecil. "Hal itu akan meningkatkan kemungkinan mereka semakin langka dan berpotensi punah oleh perubahan iklim,” ujar ahli ekologi kelautan di University of California di Santa Barbara, AS, Steve Gaines, yang tidak terlibat dalam penelitian itu.

Anggota tim penelitinya, Heidi Fuchs dari Rutgers University, New Jersey, AS, mengatakan spesies-spesies tersebut cenderung melepaskan larva kecil ketika air menghangat pada suhu tertentu. Pelepasan larva tersebut biasanya terjadi di akhir musim semi atau awal musim panas di pertengahan Samudera Atlantik.

Advertising
Advertising

Tapi, selama beberapa dekade, suhu laut rata-rata di Samudera Atlantik telah meningkat sekitar 2 derajat Celsius, sehingga spesies bentik tersebut melepaskan larvanya lebih awal, sekitar satu bulan sebelum waktu normal.

Selain itu, para peneliti tersebut juga mempelajari data 60 tahun terakhir dari 50 spesies invertebrata yang tinggal di dasar laut yang sama. Mereka menemukan sekitar 80 persen telah menghilang dari George Bank dan lana kontinen terluar terluar antara Semenanjung Delmarva dan Cape Cod, termasuk di lepas pantai New Jersey.

Baca juga:
Data 6 Institusi: Tahun Ini Diperkirakan Menjadi Tahun Terpanas

"Sangat mengkhawatirkan bahwa begitu banyak spesies yang dulunya sangat berlimpah telah hilang di sana," kata Fuchs. Beberapa spesies yang paling banyak mengalami penyusutan adalah sand dollar biasa serta kerang biru, dua spesies yang memiliki nilai ekonomis dan anggota kunci komunitas perairan pasang surut.

MUHAMMAD AMINULAH | ZW | SCIENCE MAG | SCIENCE DAILY

Berita terkait

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

14 jam lalu

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

Salah satu Rukun Tetangga (RT) di wilayah Jakarta Timur kini tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Baca Selengkapnya

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

1 hari lalu

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

Pasukan Inggris mungkin ditugaskan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza dari dermaga lepas pantai yang sedang dibangun oleh militer Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

1 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

3 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

6 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

10 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Bareskrim Polri Tangkap 5 Kurir Peredaran Sabu Lintas Laut Jaringan Malaysia-Aceh

10 hari lalu

Bareskrim Polri Tangkap 5 Kurir Peredaran Sabu Lintas Laut Jaringan Malaysia-Aceh

Peredaran sabu itu dilakukan lintas laut dari jaringan Malaysia-Aceh.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

10 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

10 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

10 hari lalu

Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

Dubai terdampak badai yang langka terjadi di wilayahnya pada Selasa lalu, 16 April 2024.

Baca Selengkapnya