Uji Klinis Vaksin HIV Bidik Sel-B untuk Lawan Jutaan Varian Virus

Senin, 5 Desember 2022 05:13 WIB

Ilustrasi vaksinasi (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Dua dosis vaksin HIV telah membangkitkan antibodi yang menyerang virus itu di 35 dari 36 orang penerimanya, tanpa ada efek samping yang berat.

Uji klinis masih dalam tahap awal, yang didesain untuk memastikan keselamatan dan bisa-tidaknya penggunaan vaksinasi HIV. Belum jelas apakah vaksin itu mampu secara efektif melindungi melawan HIV. Yang jelas, berdasarkan kadar antibodi yang dipicu oleh regimen dua dosis itu, dosis penguat (booster) kemungkinan akan dibutuhkan.

HIV, atau human immunodeficiency virus, adalah virus yang menyerang sistem imun tubuh. Infeksi virus ini meghancurkan sel-sel darah putih dan melemahkan imun seseorang terhadap infeksi lain. Pada 2021, ada sebanyak lebih dari 38 juta orang hidup dengan HIV di dunia.

Penggunaan obat antiretroviral memang sejauh ini mampu menolong mereka mengurangi rasa sakit dan mencegah penyebaran penyakit. Meski begitu, ada lebih dari sejuta infeksi baru yang muncul setiap tahunnya, dan banyak di antaranya tak bisa mengakses obat-obatan.

Sebuah langkah preventif menggunakan vaksinasi menjadi sangat dibutuhkan untuk meredam pandemi HIV/AIDS.

Advertising
Advertising

Masalahnya, mengembangkan sebuah vaksin HIV sangat sulit karena virusnya cepat sekali bermutasi menjadi galur baru, yang mampu menghindari imun tubuh. Ada ratusan juta varian HIV yang telah dikenal menginfeksi manusia, yang masing-masing memiliki protein paku--yang membantunya menginfeksi sebuah sel--yang berbeda dan kompleks.

Baca juga: Varian Baru Virus HIV yang Lebih Menular Ditemukan di Belanda

Membuat satu vaksin hanya berdasarkan satu varian virus dipastikan membuatnya tak efektif. Karenanya, banyak kelompok peneliti mencari cara mengembangkan vaksinnya yang menstimulasi jenis sel imun yang disebut sel-B. Langka ditemukan, sel-B diyakini mampu membangkitkan apa yang disebut antibodi dengan fungsi netralisir yang luas di antara varian HIV.

Tujuannya, vaksinnya nanti efektif menghadapi bagian-bagian dari virus HIV yang saling berbeda tipis antara satu galur dengan galur lainnya.

Ilustrasi pemeriksaan HIV. ANTARA/Zabur Karuru

Dalam sebuah infeksi virus, hanya satu fraksi dari sel-B yang spesifik terhadap virus itu yang mungkin memicu antibodi netralisir yang luas. Untuk infeksi HIV, melibatkan protein virus itu ke dalam sebuah vaksin mungkin mampu mengaktivasi satu fraksi sel-B itu.

Untuk mencari tahu efektivitas pendekatan ini, Juliana McElrath dari University of Washington di Seattle, AS, dan koleganya melakukan uji klinis awal di atas. Mereka merekrut 48 relawan yang bebas dari HIV untuk menguji sebuah vaksin yang telah mereka desain, berdasarkan studi di laboratorium dan studi dengan hewan, akan menstimulasi sel-B untuk memproduksi antibodi penetralisir beragam jenis HIV.

Vaksin itu mengandung protein dari permukaan sel paku HIV, disebut gp120. Sebanyak 36 relawan menerima dua dosis tinggi atau dua dosis rendah vaksin itu, yang disuntikkan dengan jarak dua bulan antar dosis. Sisa 12 relawan berperan sebagai kelompok kontrol, yang menerima suntikan cairan garam.

Setelah vaksinasi, seluruh partisipan secara teratur memberikan sampel darahnya selama 16 minggu.

Hasilnya, seperti diungkap dalam laporan yang dipublikasi di Jurnal Science 2 Desember 2022, dari mereka yang menerima vaksin dosis rendah ataupun tinggi, 97 persennya memiliki antibodi yang dimaksud pada akhir masa studi. Kadar antibodi-nya boleh dibilang sama di seluruh partisipan yang menerima vaksin dosis rendah maupun tinggi.

Sedang di antara 12 partisipan yang menerima cairan garam, dua di antaranya juga memiliki antibodi HIV. Kenapa itu bisa terjadi masih belum sepenuhnya bisa dijelaskan. Salah satu kemungkinannya adalah keduanya memiliki kekebalan alami melawan HIV.

HIV Virus

Dari seluruh partisipan, termasuk mereka yang menerima suntikan air garam, 98 persen mengalami efek samping ringan, seperti mudah lelah, sakit kepala dan terasa sakit di lokasi suntikan.

"Makalah ini menggambarkan respons imun sel-B terbaik dari vaksinasi HIV yang pernah saya lihat," kata Gary Kobinger di University of Texas, yang tak terlibat dalam studi uji klinis vaksin HIV tahap awal itu.

Baca juga: Kandidat Vaksin HIV Diuji di Afrika Selatan Selama 7 Tahun

Namun, Kobinger menambahkan, vaksin belum ditunjukkan apakah mampu melindungi melawan infeksi HIV. Juga, berdasarkan kadar antibodi yang dipicu, lebih dari dua dosis kemungkinan diperlukan untuk mencegah infeksi itu.

Pendekatan ini mungkin pula menolong pengembangan vaksin-vaksin atas jenis virus yang bermutasi cepat, seperti flu dan covid. "Bisa menjadi satu perangkat baru dalam senjata vaksinologis untuk melawan virus-virus dengan tingkat mutasi tinggi," kata Kobinger.

NEW SCIENTIST, AAAS


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

13 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Sosiolog Ungkap Masalah yang Masih Dialami Perempuan

14 hari lalu

Hari Kartini, Sosiolog Ungkap Masalah yang Masih Dialami Perempuan

Hari Kartini merupakan momentum refleksi masih banyak persoalan terkait perempuan dan anak. Ini harapan sosiolog.

Baca Selengkapnya

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

26 hari lalu

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada

Baca Selengkapnya

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

27 hari lalu

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

27 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

31 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

33 hari lalu

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.

Baca Selengkapnya

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

34 hari lalu

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

35 hari lalu

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

35 hari lalu

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.

Baca Selengkapnya