Mengenal Penyakit Antraks: Penyebab, Gejala dan Cara Menanganinya

Reporter

Andika Dwi

Kamis, 6 Juli 2023 14:32 WIB

Petugas Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan memeriksa kesehatan mata hewan kurban jelang perayaan Hari Raya Idul Adha di tempat penampungan hewan kurban, Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 15 Juli 2021. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan fisik serta pengambilan sampel darah, feses, dan tanah untuk memastikan tidak adanya penyakit antraks dan kelayakan hewan kurban. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus antraks kembali terdeteksi di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) setelah tiga warga dinyatakan meninggal pada Selasa, 4 Juli 2023. Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mencatatkan temuan penyakit yang ditularkan dari hewan ternak ke manusia itu pernah terjadi di Gunungkidul pada 21 Mei sampai 27 Juni 2019. Lantas, sebenarnya apa itu antraks?

Apa itu Antraks?

Menurut situs resmi Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, istilah antraks berasal dari bahasa Yunani yang berarti batu bara. Penyakit antraks bersifat menular akut pada hewan dan manusia yang diakibatkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Serangan bakteri paling sering ditemukan pada hewan pemakan tumbuhan (herbivora) liar maupun ternak.

Hewan ternak dapat terinfeksi antraks apabila meminum air atau pakan terkontaminasi spora Bacillus anthracis. Ternak penderita dengan mudah menulari ternak lain melalui cairan (eksudat) yang keluar dari tubuh. Cairan itu kemudian bisa mencemari tanah dan menjadi sumber munculnya wabah pada manusia.

Gejala Antraks

Advertising
Advertising

Kambing yang menderita antraks biasanya berada pada tahap per akut atau akut. Pada awalnya, ternak mendadak jatuh, gemetar, sesak napas, kejang, hingga mati dalam kurun waktu beberapa menit atau jam akibat pendarahan otak. Pada kejadian akut, hewan akan mengalami demam tinggi (41,5 derajat Celcius), susah napas, gelisah, deresi, mata menjadi merah tua, selaput lendir mulut, detak jantung cepat tapi lemah dan akhirnya mati.

Sementara itu, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), gejala antraks pada manusia berlangsung mulai dari sehari hingga lebih dari dua bulan tergantung jenis infeksi. Pada mulanya, terdapat benjolan kecil terasa gatal, bengkak dan luka kecil (borok) tidak nyeri pada kulit penderita.

Setelahnya, manusia yang terserang penyakit antraks akan merasakan keluhan pada sistem pernapasan, seperti batuk, sesak napas, demam, dan menggigil. Selain itu, gejalanya meliputi pusing, bingung, mual, muntah, sakit perut, pegal-pegal, berkeringat, dan kelelahan ekstrem. Permasalahan pada sistem pencernaan juga mulai bermunculan, seperti diare dan sakit perut.

Cara Menangani Antraks

Teknologi pengendalian antraks pada hewan dilakukan dengan vaksinasi. Sedangkan hewan ternak yang terjangkit penyakit bakterial tersebut dapat diobati dengan pemberian antibiotik tetrasiklin atau penisilin dosis tinggi selama 5 hari berturut. Namun, pengobatan kurang efektif apabila ternak dalam kondisi sekarat sehingga berakhir pada kematian.

Bagi ternak yang sudah mati dan dicurigai membawa bakteri Bacillus anthracis, maka diperlukan pemeriksaan darah dari telinga dan preparat ulas. Bangkai ternak penderita antraks tidak dianjurkan untuk dibedah lantaran spesimen yang telah busuk dan dikeringkan bertahun-tahun dilaporkan masih positif pada uji laboratorium.

Bangkai ternak harus dibakar atau diberi disinfektan terlebih dahulu sebelum dikubur. Perlakuan tersebut guna mencegah penyebaran antaran semakin luas karena bangkai dimakan oleh hewan atau organisme lain. Selain itu, masyarakat diminta untuk melaporkan ke petugas teknis bidang peternakan dan kesehatan hewan terdekat.

Pada manusia, tenaga medis juga akan mengobati pasien antraks dengan antibiotik dan antitoksin. Antibiotik berguna untuk mencegah perkembangan penyakit menjadi lebih ganas. Apabila gejala berlangsung serius, maka perlu perawatan di rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut, seperti pemberian cairan terus-menerus dan bantuan alat pernapasan.

Semua jenis infeksi antraks dapat ditangani dengan antibiotik, termasuk pemberian melalui pembuluh darah intravena. Sedangkan antitoksin digunakan untuk mencegah penyebaran dan perkembangbiakan bakteri Bacillus anthracis yang menghasilkan racun.

NIA HEPPY | MELYNDA DWI PUSPITA (CW)

Pilihan Editor: Antraks Gunungkidul, Puluhan Warga Positif Bergejala Dipantau 120 Hari

Berita terkait

Waspadai Ubur-ubur yang Muncul Lebih Awal di Pantai Selatan Yogyakarta

12 jam lalu

Waspadai Ubur-ubur yang Muncul Lebih Awal di Pantai Selatan Yogyakarta

Kemunculan ubur-ubur biasanya terjadi saat puncak kemarau atau saat udara laut dingin pada Juli hingga September.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Prakiraan Cuaca BMKG, Penyakit Ngorok Mematikan, Sekolah Bisnis Terbaik

6 hari lalu

Top 3 Tekno: Prakiraan Cuaca BMKG, Penyakit Ngorok Mematikan, Sekolah Bisnis Terbaik

Top 3 Tekno Berita Terkini pada Kamis pagi ini, 9 Mei 2024, dimulai dari artikel prakiraan cuaca BMKG kemarin.

Baca Selengkapnya

Hewan Ternak Mati Akibat Penyakit Ngorok, Begini Penjelasan Dokter Hewan Unair

6 hari lalu

Hewan Ternak Mati Akibat Penyakit Ngorok, Begini Penjelasan Dokter Hewan Unair

Ratusan sapi dan kerbau yang terserang penyakit ngorok ini mati mendadak.

Baca Selengkapnya

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

15 hari lalu

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

Masyarakat dan wisatawan diimbau berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar tebing pantai Gunungkidul yang memiliki tebing curam.

Baca Selengkapnya

Wisatawan Asal Sragen Nyaris Hilang Terseret Arus Balik Pantai Gunungkidul

29 hari lalu

Wisatawan Asal Sragen Nyaris Hilang Terseret Arus Balik Pantai Gunungkidul

Meski gelombang laut selama libur Lebaran ini cukup landai dengan status gelombang sedang, namun wisatawan perlu berhati-hati saat bermain air di destinasi pantai-pantai selatan Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Warga Aceh Barat Daya Lebaran 11 April 2024, Jemaah Masjid Aolia Gunungkidul 5 April 2024

33 hari lalu

Warga Aceh Barat Daya Lebaran 11 April 2024, Jemaah Masjid Aolia Gunungkidul 5 April 2024

Warga di Kabupaten Aceh Barat Daya rayakan lebaran Kamis, 11 April 2024. Sebelumnya, jemaah Masjid Aolia Gunungkidul berlebaran pada 5 April 2024.

Baca Selengkapnya

Jemaah Masjid Aolia Gunungkidul Sudah Rayakan Idul Fitri, Begini Asal Usul Jemaah Mbah Benu

37 hari lalu

Jemaah Masjid Aolia Gunungkidul Sudah Rayakan Idul Fitri, Begini Asal Usul Jemaah Mbah Benu

Jemaah Masjid Aolia di Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta telah merayakan Idul Fitri. Bagaimana asal usul jemaah asuhan Mbah Benu ini?

Baca Selengkapnya

Jemaah Masjid Aolia di Gunungkidul Rayakan Idulfitri Hari ini, Imam dan Jemaah: Tak Ada Kendala

39 hari lalu

Jemaah Masjid Aolia di Gunungkidul Rayakan Idulfitri Hari ini, Imam dan Jemaah: Tak Ada Kendala

Jemaah Masjid Aolia di Gunungkidul merayakan Idulfitri lebih cepat dari hari penetapan pemerintah.

Baca Selengkapnya

Jamaah Aolia di Gunungkidul Sudah Rayakan Lebaran Jumat Ini, Siapa Mereka?

39 hari lalu

Jamaah Aolia di Gunungkidul Sudah Rayakan Lebaran Jumat Ini, Siapa Mereka?

Ratusan Jamaah Masjid Aolia di Dusun Panggang III, Giriharjo, Kecamatan Panggang, Gunungkidul, DIY menggelar salat Idul Fitri hari Jumat ini.

Baca Selengkapnya

Agar Dilirik Wisatawan, Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul Diusulkan Digarap Sistem Blok

54 hari lalu

Agar Dilirik Wisatawan, Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul Diusulkan Digarap Sistem Blok

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyiapkan pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder di Kabupaten Gunungkidul dengan sistem blok.

Baca Selengkapnya