Politeknik Manufaktur Bandung Bikin Kompor Roket untuk Warga Desa Pengguna Kayu Bakar

Rabu, 2 Oktober 2024 18:40 WIB

Uji coba penggunaan kompor roket karya mahasiswa dan dosen Politeknik Manufaktur Bandung. (Dok.Tim)

TEMPO.CO, Bandung - Tim mahasiswa dan dosen dari Politeknik Manufaktur Bandung membuat kompor roket untuk warga di desa yang masih menggunakan kompor berbahan kayu bakar. Perancangan dan pembuatannya dimulai sebulan lalu menggunakan dua alternatif material: seluruhnya terbuat dari logam atau berupa tungku batu bata.

Disebut kompor roket karena bentuknya dianggap seperti roket. Kelompok mahasiswa yang berjumlah sepuluh orang kini tengah membuat lima unit kompor ini. Rencananya alat masak tersebut akan mereka bawa saat kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Sukamandi, Sagalaherang, Kabupaten Subang, Jawa Barat, 14-31 Oktober 2024. “Pembuatan kompornya menyesuaikan kondisi di masyarakat,” kata anggota tim dosen pembimbing Febby Fauziah, Rabu 2 Oktober 2024.

Kompor roket yang sepenuhnya berbahan logam setebal 5 milimeter didesain agar pengguna tidak perlu mendorong kayu bakar, sekam, atau serbuk gergaji. Sebelum dipakai, kayu harus dibakar dulu kemudian dimasukkan ke lubang kompor yang dibuat miring. Tim juga menyiapkan komponen untuk mendorong arang kayu . “Kita sudah pakai uji coba untuk camping,” ujar Febby.

Meski bobot yang lumayan berat, sekitar lima kilogram, kompor roket mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kompor tungku tradisional yaitu pada api atau panasnya yang tidak menyebar. “Kami menjaga agar apinya bagus tetap biru,” kata dia.

Dari hasil uji coba pemakaian pula didapati kompor aman digunakan. "Ketika dipakai untuk memasak dengan panci atau wajan, kompor roket yang disangga kaki-kaki berdiri kokoh," katanya lagi.

Advertising
Advertising

Jenis kompor roket lainnya yaitu seperti kompor tungku tradisional yang dibentuk kotak dari susunan batu bata setinggi lima lapis. Menurut Febby bagian dalam kompor itu ikut dipasangi plat besi agar memaksimalkan panas api. Pada kompor ini, pengguna masih harus mendorong-dorong kayu agar terbakar.

Desa Sukamandi, Sagalaherang, Kabupaten Subang menurut catatan tim, berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Subang atau sekitar 27 kilometer dari kampus Polman Bandung. Mata pencarian utama di desa itu sebagian besar didominasi oleh sektor pertanian, seperti tanaman padi, jagung, dan tanaman sayuran lainnya.

Potensi pengolahan sampah kayu dinilai dapat menjadi inisiatif yang berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan setempat. Sampah kayu, seperti ranting atau kayu limbah dari kegiatan pertanian atau kehutanan, dapat diolah secara efisien untuk menciptakan nilai tambah. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah berkaitan dengan pengelolaan sampah kayu hasil desa.

Pilihan Editor: Rudal Fattah Tembus Iron Dome Israel, Begini Momen Iran Saat Perkenalkan Rudal Hipersonik Pertamanya Ini

Berita terkait

Unpad Kembangkan Portal Parent Website, Orang Tua Mahasiswa Bisa Pantau Jadwal dan Absensi Kuliah

11 jam lalu

Unpad Kembangkan Portal Parent Website, Orang Tua Mahasiswa Bisa Pantau Jadwal dan Absensi Kuliah

Portal Parent Website, dibuat untuk orang tua atau wali yang ingin ikut memantau aktivitas kuliah mahasiswa. Transkrip nilainya juga ada.

Baca Selengkapnya

Nama Presiden Soeharto Dicabut di TAP MPR, Apa Kata Pihak Keluarga?

2 hari lalu

Nama Presiden Soeharto Dicabut di TAP MPR, Apa Kata Pihak Keluarga?

Keluarga mendiang Presiden Soeharto meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan Presiden kedua Republik Indonesia itu selama menjabat.

Baca Selengkapnya

Manfaatkan AI, Mahasiswa ITS Luncurkan Aplikasi Pengelolaan Sampah

2 hari lalu

Manfaatkan AI, Mahasiswa ITS Luncurkan Aplikasi Pengelolaan Sampah

Melalui program KKN, mahasiswa ITS meluncurkan aplikasi sebagai upaya penanggulangan sekaligus mengatasi permasalahan tersebut.

Baca Selengkapnya

Ragam Respons ihwal Nama Soeharto Dicabut di TAP MPR

2 hari lalu

Ragam Respons ihwal Nama Soeharto Dicabut di TAP MPR

MPR menghapus nama Presiden ke-2 RI Soeharto dari Pasal 4 dalam TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998. Sejumlah kalangan angkat bicara.

Baca Selengkapnya

Nama Soeharto Dihapus dalam TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998, Apa Kata Amnesty International Indonesia?

3 hari lalu

Nama Soeharto Dihapus dalam TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998, Apa Kata Amnesty International Indonesia?

Keputusan menghapus nama Soeharto dari TAP MPR Nomor 11/1998 dinilai bakal berdampak bagi masyarakat sipil dan para korban kejahatan masa lalu.

Baca Selengkapnya

Polemik Wajib Kerja Mahasiswa ITB di Kampus, Alumni Minta Transparansi Perjanjian

3 hari lalu

Polemik Wajib Kerja Mahasiswa ITB di Kampus, Alumni Minta Transparansi Perjanjian

Ikatan Alumni meminta ITB melakukan sosialisasi tentang kerja paruh waktu di kalangan mahasiswa dan transparan dalam perjanjian penerima beasiswa.

Baca Selengkapnya

MPR Beri Penjelasan Penghapusan Nama Soeharto dari TAP MPR soal KKN

4 hari lalu

MPR Beri Penjelasan Penghapusan Nama Soeharto dari TAP MPR soal KKN

Plt Sekjen MPR Siti Fauziah menjelaskan alasan penghapusan nama Mantan Presiden Soeharto dari TAP XI/MPR/1998 soal KKN

Baca Selengkapnya

Alasan MPR Menghapus Nama Soeharto dalam TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998

5 hari lalu

Alasan MPR Menghapus Nama Soeharto dalam TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998

MPR mencabut nama Soeharto dalam TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Pro-Kontra Penghapusan Nama Soeharto dalam TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998

5 hari lalu

Pro-Kontra Penghapusan Nama Soeharto dalam TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998

Beberapa pihak menanggapi keputusan MPR yang menghapus nama Soeharto dalam TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998. Ini pro dan kontranya.

Baca Selengkapnya

Dari Mahasiswa Sampai Tokoh Agama Serukan Netralitas di Pilkada Banten

5 hari lalu

Dari Mahasiswa Sampai Tokoh Agama Serukan Netralitas di Pilkada Banten

Netralitas adalah unsur penting untuk menciptakan pilkada yang aman, damai, dan demokratis.

Baca Selengkapnya