Teori Albert Einstein Mulai Dipakai untuk Menghitung Bintang

Reporter

Senin, 12 Juni 2017 09:42 WIB

Ahli fisika kelahiran Jerman yang menemukan teori relativitas, Albert Einstein (1879-1955) di Princeton, New Jersey, pada 1951. Eintein mendapat penghargaan Nobel dalam bidang Fisika pada tahun 1921. Ernst Haas/Ernst Haas/Getty Images

TEMPO.CO, Maryland - Dalam teori relativitas umum yang dirilis lebih dari seabad lalu, Albert Einstein menyatakan gravitasi bisa membelokkan cahaya. Kini teori itu mulai digunakan para ilmuwan untuk mengitung bintang.

Bintang adalah gumpalan bola gas raksasa yang tersebar di jagat raya dan triliunan kilometer jauhnya dari bumi. Namun, di langit bumi, bintang tampak seperti noktah kecil yang berpendar lemah. Sebagian besar di antaranya malah tidak bisa dilihat tanpa teleskop yang kuat.

Baca: Gelombang Gravitasi Kembali Terdeteksi, Albert Einstein Benar?

Karena masalah jarak itulah, cukup rumit untuk mengukur seberapa besar massa bintang yang teramati. Ada pula bintang-bintang yang sulit diobservasi menggunakan teleskop. Lalu bagaimana sebenarnya manusia bisa mengukur berat bintang?


Hamparan bintang diambil dari Stasiun Antariksa Internasional. (Foto: Popular Science)

Biasanya massa bintang, planet, hingga galaksi diukur dengan memperhitungkan seberapa besar pengaruh gravitasi satu sama lain. Dengan kata lain, jika ada satelit tengah mengitari Jupiter, massa planet itu bisa dihitung dengan mengukur efek gravitasi Jupiter terhadap orbit satelitnya.

Instrumen sensitif, seperti yang dimiliki teleskop antariksa Hubble milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), bisa mendeteksi perubahan kecil dalam kecepatan bintang berdasarkan pergerakan planet yang terikat padanya. Hasil pengukuran ini juga berisi informasi tentang massa bintang.

Baca: Dua Gadis Jenius Membuat Heboh, Bisakah Kalahkan Albert Einstein?

Adapun peneliti juga bisa mengukur langsung massa bintang yang termasuk dalam sistem bintang biner. Artinya, mereka memiliki orbit yang berdekatan sehingga gravitasinya saling mempengaruhi dan dapat dikalkulasi untuk menentukan massanya.


Teleskop antariksa Hubble. (Foto: NASA)

Para astronom dari Space Telescope Science Institute, Baltimore, Amerika Serikat, telah membuat metode baru untuk menghitung massa bintang, terutama yang sulit diamati. Uniknya, teknik ini dibuat berdasarkan kalkulasi ahli fisika Albert Einstein dalam teori relativitas umum 102 tahun lalu.

Dalam teorinya, Einstein menjelaskan soal bagaimana kekuatan obyek-obyek raksasa di jagat raya bisa "membengkokkan" ruang. Kita merasakannya sebagai gravitasi.

Gravitasi itu juga dapat mempengaruhi cahaya sehingga posisi bintang akan tampak berbeda dari lokasi aslinya jika dilihat dari bumi. Ilusi optik kosmik ini dikenal sebagai efek mikrolensing gravitasi.

Baca: Ilmuwan Memindai Otak Albert Einstein, Hasilnya...

Menurut Kailash Sahu, peneliti dari Space Telescope Science Institute, teknik mikrolensing ini bisa diandalkan untuk dipakai langsung menentukan massa bintang. "Seperti menempatkan bintang di atas timbangan, penyimpangan posisi itu seperti pergerakan jarum penunjuk angka beratnya," kata Sahu seperti ditulis laman Science Daily.


Albert Einstein mengemukakan teori relativitas umum pada 102 tahun lalu. (Telegraph.co.uk)

Dalam laporan di jurnal Science, Rabu pekan lalu, teknik mikrolensing ini juga bisa dipakai untuk mengestimasi massa lubang hitam dan planet liar alias obyek yang berkeliaran terlalu jauh dari sistem bintang mereka.

Para peneliti menguji teknik ini memakai teleskop antariksa Hubble untuk mengukur massa Stein 2051 B. Bintang Stein 2051 B merupakan katai putih, bintang yang meredup karena kehabisan bahan bakar. Dinamai atas penemunya, pastor dan astronom dari Belanda, Johan Stein, bintang itu terletak sekitar 17 tahun cahaya dari bumi dan berusia 2,7 miliar tahun.

Lewat Hubble, para peneliti mengobservasi Stein 2051 B saat dia melintas di depan sebuah bintang yang menjadi rekannya, sebuah katai merah yang cukup terang. Masalahnya, para ilmuwan tidak bisa mengukur massa karena lokasi kedua bintang tersebut terlalu jauh. Jarak di antara keduanya mencapai 8 miliar kilometer atau hampir dua kali jarak Pluto ke matahari.

Baca: Kisah-kisah Pembuktian Teori Gravitasi Einstein

Mengukur pembelokan cahaya dari dua bintang melalui lensa teleskop jelas rumit. Apalagi Stein 2051 B tampak 400 kali lebih terang dari bintang di belakangnya.

"Ibarat melihat kunang-kunang yang terbang di sebelah lampu pijar, gerakan serangga itu samar dan pancaran cahaya lampu membuat serangga itu semakin sulit terlihat," kata Jay Anderson, peneliti yang mengukur posisi bintang-bintang berdasarkan citra Hubble.


Bintang Stein 2051. (Foto: media.stsci.edu)

Ketika berada dalam posisi sejajar, gravitasi Stein 2051 B akan membengkokkan cahaya dari bintang yang berada jauh di belakangnya tersebut.

Posisi bintang jauh itu ternyata menyimpang sekitar 2 milidetik busur dari lokasi aslinya. Angka penyimpangan ini sangat kecil, seperti mengamati semut yang merayap di atas permukaan koin dari jarak 2.400 kilometer.

Dengan pengukuran penyimpangan cahaya ini, para peneliti menghitung massa bintang katai putih tersebut sekitar 68 persen dari massa matahari. Hasil perhitungan ini ternyata sesuai dengan prediksi teoretis mereka sebelumnya.

Baca: Prediksi Albert Einstein Soal Gravitasi Terbukti Benar

Para peneliti berencana menggunakan Hubble dan perhitungan efek mikrolensing gravitasi untuk mengukur massa Proxima Centauri, induk sistem tata surya yang paling dekat dengan bumi

Berhasilkah peneliti menghitung massa bintang menggunakan teori relativitas umum dari Albert Einstein? Kita tunggu saja hasilnya.

SCIENCE | SPACE | LIVE SCIENCE | SCIENCE DAILY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Berita terkait

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

6 jam lalu

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

Gedung putih mengatakan pemerintah AS berupaya mengevakuasi sekelompok dokter AS yang terjebak di Gaza setelah Israel menutup perbatasan Rafah

Baca Selengkapnya

All 4 One Gelar Konser di Jakarta 23 Juni, Ini Profil Grup Vokal yang Populerkan Lagu I Swear

7 jam lalu

All 4 One Gelar Konser di Jakarta 23 Juni, Ini Profil Grup Vokal yang Populerkan Lagu I Swear

Grup vokal legendaris dari Amerika Serikat, All 4 One menggelar konser bertajuk All 4 One 30 Years Anniversary Tour di Jakarta pada 23 Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

8 jam lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Anak Buah Biden Ragu Israel Bisa Menang Lawan Hamas di Gaza

9 jam lalu

Anak Buah Biden Ragu Israel Bisa Menang Lawan Hamas di Gaza

Pejabat AS mengatakan Israel tak bisa menang melawan Hamas karena strateginya meragukan.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

1 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyerahkan paket bantuan senjata untuk Israel senilai USD1 miliar (Rp16 triliun)

Baca Selengkapnya

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL Latihan Militer Bersama CARAT

1 hari lalu

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL Latihan Militer Bersama CARAT

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL memulai latihan militer bersama bernama Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2024

Baca Selengkapnya

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

2 hari lalu

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

Harrison Mann, perwira Angkatan Darat Amerika Serikat mengumumkan mundur sebagai protes atas dukungan Washington terhadap perang Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

2 hari lalu

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

Sebanyak 143 negara mendukung Palestina menjadi anggota penuh PBB, 9 negara menolak dan 25 negara lain abstain. Apa alasan mereka menolak?

Baca Selengkapnya

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

2 hari lalu

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

Gedung Putih membantah bahwa Israel melakukan genosida di Gaza. Warga Palestina yang tewas di Gaza sudah lebih dari 35.000 orang.

Baca Selengkapnya

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

2 hari lalu

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

Senator AS Lindsey Graham melontarkan pernyataan kontroversial terkait agresi Israel di Gaza. Ia menyarankan Israel membom nuklir Gaza

Baca Selengkapnya