Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hasil Riset Ini Bongkar Trik Burung Hantu Memutar Kepala

Reporter

Editor

Amri Mahbub

image-gnews
Ninox scutulata, nama latin dari burung hantu, tergolong sebagai hewan buas atau pemakan daging. Beberapa jenis dari burung hantu, tersebar di wilayah Indonesia dan seringkali dimanfaatkan sebagai pembasmi hama tikus. Paul Gilham/Getty Images
Ninox scutulata, nama latin dari burung hantu, tergolong sebagai hewan buas atau pemakan daging. Beberapa jenis dari burung hantu, tersebar di wilayah Indonesia dan seringkali dimanfaatkan sebagai pembasmi hama tikus. Paul Gilham/Getty Images
Iklan

TEMPO.CO, Maryland - Sebuah hasil riset berhasil mengungkap trik burung hantu memutar kepala mereka. Burung hantu tidak memerlukan mata di belakang kepala mereka untuk melihat apa yang ada di sisi berlawanan. Cukup dengan memutar kepala, mata yang semula menghadap ke depan bisa menghadap ke belakang.

Bahkan, spesies burung hantu tertentu, seperti barred owl (Strix varia), dapat memutar kepala 270 derajat ke setiap arah. Itu berarti mereka dapat melihat ke kiri dengan memutar kepala ke kanan, atau sebaliknya.

Tapi bagaimana mereka melakukannya tanpa mencederai pembuluh darah atau menghambat darah mencapai otak? Seorang ilustrator dan dokter di Johns Hopkins University School of Medicine di Amerika Serikat bekerja sama untuk mengungkap hal itu.

"Sampai saat ini, spesialis pencitraan otak seperti saya, yang berurusan dengan cedera akibat trauma arteri kepala dan leher, selalu dibuat heran mengapa gerakan kepala cepat dan memutar tidak membuat ribuan burung hantu mati karena stroke, " kata Philippe Gailloud, seorang peneliti, seperti dilansir laman Live Science.

Baca: Hasil Riset: Orang Bermain Game Tidak Bahagia

Jika manusia mencoba memutar kepala sedemikian cepat atau jauh, lapisan arteri kepalanya akan koyak dan menyebabkan terbentuknya gumpalan darah beku, yang dapat memicu stroke. "Arteri karotis dan vertebralis pada leher sebagian besar hewan, termasuk burung hantu dan manusia, sangat rapuh dan rentan terhadap koyakan lapisan pembuluh sekecil apa pun."

"Kami menemukan sejumlah ciri-ciri unik yang tak diketahui sebelumnya," kata ilustrator Fabian de Kok-Mercado, yang terlibat dalam riset itu kepada, OurAmazingPlanet. Tulang leher atau vertebra burung hantu memiliki lubang yang jauh lebih besar daripada yang dimiliki manusia atau burung lain.

Pada manusia, besar lubang vertebra sama dengan lubang arteri, sedangkan lubang vertebra pada burung hantu 10 kali lebar lubang arteri. Dalam laporan yang dipublikasi di jurnal Science, lubang atau kanal itu mungkin berisi kantong udara untuk meredam gerakan memutar kepala.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca: Kenapa Ada Anak yang Takut pada Malam Hari? Simak Hasil Riset Ini

"Kami juga melihat bahwa kanal itu tak ditemukan pada dua ruas vertebra bawah," kata De Kok-Mercado. Struktur ini memungkinkan pembuluh darah meregang ketika burung memutar kepala.

Arteri vertebralis juga sedikit membesar di dekat otak, hal yang tidak ditemukan pada hewan. Pembuluh yang membesar ini berfungsi sebagai waduk penampungan darah sehingga otak memiliki darah ekstra ketika kepala berputar.

Baca: Hidangan Jepang dan Kawanan Burung Hantu

Simak hasil riset menarik lainnya tentang burung hantu hanya di kanal Tekno Tempo.co.

SCIENCE | OUR AMAZING PLANET | LIVE SCIENCE

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

39 hari lalu

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.


Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

39 hari lalu

Peneliti dan Wakil Direktur Asia Maritime Transparency Initiative CSIS Harrison Prtat. Sumber: istimewa
Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.


Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

39 hari lalu

 acara press briefing bertajuk 'Deep Blue Scars Environmental Threats to the South China Sea' yang diselenggarakan oleh Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) pada Jumat 15 Maret 2024, di Jakarta. Sumber: dokumen IOJI
Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut


Burung Hantu Kemungkinan Bisa Menoleh 360 Derajat, Bagaimana dengan Tulang dan Sarafnya?

4 Februari 2024

Splodge dan burung hantu lainnya yang berada di pusat perawatan hewan North Yorkshire di Inggris. Ia merupakan burung yang pemalu dengan manusia, tetapi mendadak berani untuk tampil jadi pusat perhatian. Dailymail.co.uk
Burung Hantu Kemungkinan Bisa Menoleh 360 Derajat, Bagaimana dengan Tulang dan Sarafnya?

Peneliti di Israel yakin kepala Burung Hantu bisa berputar 360 derajat. Simak hasil studinya yang telah terbit di jurnal.


Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Model skala Kawasan Inti Pemerintahan Pusat Ibu Kota Nusantara atau IKN. ANTARA/Aji Cakti
Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.


Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Proses quality control PCBA motherboard Laptop Merah Putih di PT. XACTI Raya Jakarta-Bogor No.KM.35, Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos, Depok, Senin, 29 Januari 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.


Benarkah Burung Hantu Bisa Memutar Kepala 360 Derajat Penuh

26 Januari 2024

Seekor burung hantu jenis tyto alba. ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Benarkah Burung Hantu Bisa Memutar Kepala 360 Derajat Penuh

Berdasarkan analisis kerangka dan otot, burung hantu mampu memutar kelapanya 360 derajat


Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.


5 Fakta Celepuk Rinjani, Burung Hantu Terkecil di Dunia dari Lombok

17 Januari 2024

Seorang pengunjung berinteraksi dengan seekor burung hantu merah Red Owl, pada pameran Flora dan Fauna
5 Fakta Celepuk Rinjani, Burung Hantu Terkecil di Dunia dari Lombok

Burung hantu terkecil di dunia hanya ada di Lombok.


Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Masyarakat Melayu Pulau Rempang berkumpul di Lapangan Sepakbola Dataran Muhammad Musa, Kampung Sembulang, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang pada Rabu (11/10/2023). FOTO: YLBHI
Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.