TEMPO.CO, Washington - Kombinasi gerhana bulan, supermoon dan blue moon pada tanggal 31 Januari 2018, membuat ilmuwan NASA harus menonaktifkan sementara instrumen Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO).
LRO merupakan sebuah pesawat robot ruang angkasa NASA yang saat ini mengorbit bulan.
Baca: Masyarakat Pesisir Diimbau Waspada Saat Supermoon
Ahli geologi planet NASA Noah Petro mengatakan hal ini dilakukan karena gerhana akan mengganggu pesawat ruang angkasa itu yang menggunakan sinar matahari sebagai kekuatannya.
“Jika bulan berada di bawah bayang-bayang bumi, sinar matahari tidak akan dapat mencapainya dan LRO beralih ke kekuatan lain,” kata Petro, seperti dilansir laman Seeker, pada 26 Januari 2018.
Gerhana bulan terjadi saat Bumi melewati bulan dan matahari, dan bayangan bumi jatuh ke permukaan bulan. Gerhana penuh terjadi saat bulan benar-benar tertutup bayangan. Cahaya gabungan dari matahari terbit dan terbenam menciptakan cahaya yang memudar di permukaan bulan, beberapa orang menyebut ini bulan darah.
Petro mengatakan bahwa mematikan instrumen LRO hanyalah tindakan pencegahan ekstra untuk memastikan pesawat ruang angkasa yang berusia 8 tahun itu tetap aman selama peristiwa tersebut berlangsung.
“Pesawat ruang angkasa ini dirancang untuk mengambil gambar resolusi tinggi bulan, bahkan melihat lokasi pendaratan Apollo di mana astronot melakukan moonwalk pada 1960-an dan 1970 an. Data LRO baru-baru ini membantu mengidentifikasi lubang bawah tanah dari es kutub,” ujar dia.
Simak artikel menarik lainnya tentang supermoon dan gerhana bulan hanya di kanal Tekno Tempo.co
SEEKER