TEMPO.CO, Jakarta - Elon Musk ternyata memiliki sebuah mimpi yang belum tercapai di Cina. Mimpinya yaitu membangun pabrik mobil listrik Tesla di Negeri Tirai Bambu itu.
Seperti dilansir laman The Sydney Morning Herald, pemerintah Cina dan Tesla belum bersepakat tentang struktur kepemilikan pabrik. Pemerintah Cina mensyarakatkan pembangunan pabrik harus menggandeng mitra lokal. Namun Musk, berkukuh ingin membangun sendiri pabriknya.
Tesla masih meraba-raba untuk memulai industri lokal di Cina dan bagaimana memanfaatkan penjualan kendaraan energi baru termasuk EVS, plug-in hibrida serta kendaraan berbahan bakar di Cina.
Baca: Sebelum Bikin Tesla dan SpaceX, Elon Musk Pernah Jadi Tukang
Pembangunan pabrik Tesla di Cina, menurut analis untuk Cowen & Co, Jeffrey Osborne, sebetulnya sebuah keuntungan besar bagi pemerintah Cina. Selain menjadi pijakan awal untuk mobil listrik, pabrik Tesla juga bisa menaikkan citra pemerintah.
"Pemerintahan presiden Xi Jinping ingin membersihkan polusi udara di Cina dan mengurangi ketergantungan pasar minyak impor," ujar Osborne.
Tesla menolak berkomentar terkait negosiasi dengan Cina. Menurut mereka, ketidaksepakatan bukan berarti menggagalkan capaian masa depan. Tesla saat ini tetap menjual mobil di Cina, tapi pajak impor 25 persen melambungkan harga.
Sebuah mobil Tesla Model X buatan AS yang dikirim ke Cina dibanderol sekitar US$ 166 ribu atau setara dengan Rp 2,2 miliar, model murah dari pesaing domestik seperti BAIC Motor Corp., BYD Co. yang didukung Warren Buffett dan pebisnis NIO dan Byton.
Baca: CEO SpaceX, Elon Musk: Roket Bisa untuk Transportasi di Bumi
Simak artikel menarik lainnya tentang Elon Musk hanya di kanal Tekno Tempo.co.
THE SYDNEY MORNING HERALD | AMB