Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Es Antartika Terendah Sepanjang Sejarah, Ilmuwan Kebingungan

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Kapal pemecah es ini tiba di stasiun Zhongshan milik Cina di Antartika Timur dalam sebuah misi penelitian. chinadaily.com.cn
Kapal pemecah es ini tiba di stasiun Zhongshan milik Cina di Antartika Timur dalam sebuah misi penelitian. chinadaily.com.cn
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta – Penyusutan es terjadi di Antartika baru-baru ini, yang membuat jumlah es di sekitar Antartika dari yang sebelumnya berada pada rekor tertinggi merosot menjadi yang terendah. Hal tersebut membuat para ilmuwan bingung dan bertanya-tanya.

Baca: Hampir 25 Persen Es Antartika Barat dalam Bahaya Kehancuran

Benua di sebelah selatan Bumi ini sebelumnya mempunyai catatan lapisan es laut yang terus mengalami peningkatan dari tahun 1979. Peningkatan itu stabil dan mencapai rekor tertinggi pada tahun 2014, seperti yang dilansir dari apnews.com.

Tetapi tiga tahun kemudian, alih-alih medapatkan peningkatan, lapisan es di laut Antartika ini justru mengalami penurunan yang drastis, bahkan hingga mencapai titik terendah sepanjang sejarah.

Hal tersebut membuat peningkatan perlahan yang terjadi tiga dekade ke belakang menjadi sia-sia. Menurut Mark Serreze, Direktur Pusat Data Salju dan Es Nasional kepada AP, merosotnya lapisan es ini adalah sesuatu yang sangat mengejutkan.

Ia beserta beberapa ahli luar lainnya juga mengatakan mereka tidak tahu apakah ini adalah kejadian yang bersifat alami dan akan kembali semua, atau memang ini adalah sebuah pertanda bahwa pemanasan global saat ini telah sampai ke bumi bagian selatan ini.

Hingga saat ini, Antartika belum menunjukkan bahwa tingkat pemanasannya konsisten mengalami peningkatan seperti halnya yang dialami oleh Kutub Utara.

Menurut Waleed Abdalati, seorang ilmuwan es dari Universitas Colorado, dengan adanya perubahan besar dalam waktu yang sesingkat ini, mengindikasikan bahwa bumi memiliki potensi untuk mengalami perubahan yang signifikan dan cepat.

Di daerah kutub sendiri akan mengalami pertumbuhan es pada musim dingin, dan penyusutan pada musim panas. Di sekitar Antartika, luas rata-rata es laut mencapai 4,9 juta mil persegi atau sekitar 12,8 juta kilometer persegi pada tahun 2014.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada 2017, es tersebut menyusut menjadi hanya 4,1 juta mil persegi atau sekitar 10,7 juta kilometer persegi.

2018 menjadi tahun yang cukup baik karena menunjukkan adanya peningkatan lapisan es, namun capaian itu masih berada pada peringkat terendah kedua sejak 1979. 

Meskipun es tumbuh sepanjang tahun ini di Antartika, namun nyatanya capaian pada Mei hingga Juni ini menjadi yang terendah dalam sejarah, bahkan lebih rendah daripada capaian pada 2017.

Keberadaan lapisan es ini sangat penting bagi kelangsungan kehidupan di Bumi. Dilansir dari edition.cnn.com, dengan adanya lapisan es yang berwarna terang, pancaran sinar Matahari ke Bumi menjadi tidak 100 persen terserap, melainkan hanya 30 hingga 50 persen saja, sisanya terpantul kembali keluar bumi.

Akan tetapi saat lapisan tersebut mencair, warnanya berubah menjadi sewarna samudera yang berwarna agak kegelapan. Ini berbahaya karena pancaran sinar matahari yang terserap kini bertambah menjadi 90 persen dan menjadikan bumi semakin hangat.

Dengan banyaknya lapisan es Antartika yang mencair, menurut Claire Parkinson, seorang peneliti senior NASA, ekosistem di sana agaknya juga akan terganggu.

Ketika es laut Antartika mengalami peningkatan, para ilmuwan menunjuk pada pergeseran dalam pola angin dan tekanan, sirkulasi laut berubah atau perubahan iklim alami tapi teratur seperti El Nino dan La Nina. Namun saat ini penjelasan tersebut agaknya menjadi kurang tepat sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk menjawabnya.

AP NEWS | CNN | RIDWAN KUSUMA AL-AZIZ

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ilmuwan Muda Indonesia Ikut Ekspedisi Jelajahi Antartika

46 hari lalu

Bongkahan es raksasa yang terbentuk dari sisi barat Ronne Ice Shelf di Antartika. Kredit: ESA/Earth Observation
Ilmuwan Muda Indonesia Ikut Ekspedisi Jelajahi Antartika

Gerry Utama dari Indonesia ikut ekspedisi ke kutub selatan untuk menjelajahi Antartika.


Peneliti Cina Meriset Antarktika, Mengebor Danau Subglasial Kedalaman 3.600 Meter

54 hari lalu

Cina membangun pusat penelitian Brasil di Antarktika senilai US$ 100 juta. [SOUTH CHINA MORNING POST]
Peneliti Cina Meriset Antarktika, Mengebor Danau Subglasial Kedalaman 3.600 Meter

Kelompok peneliti dari Cina akan mengebor danau subglasial besar di bawah kedalaman es Antarktika


Vladimir Putin Bocorkan Ilmuwan Rusia sedang Membuat Vaksin untuk Obati Kanker

15 Februari 2024

Petugas menyiapkan alat Radioterapi Linear Accelerator, (LINAC) Elekta Versa HD di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta, Jumat 6 Januari 2023. Pada HUT Ke-51 RSPP, rumah sakit tersebut meresmikan fasilitas Radioterapi Linac untuk penanganan penyakit kanker dengan komplikasi yang lebih sedikit sehingga memungkinkan pasien pulih lebih cepat. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Vladimir Putin Bocorkan Ilmuwan Rusia sedang Membuat Vaksin untuk Obati Kanker

Vladimir Putin mengkonfirmasi ilmuwan bidang medis di Rusia sedang berusaha membuat vaksin untuk melawan penyakit kanker.


Impian Berlayar ke Antartika Buyar, Kapal Pesiar Diam-diam Ubah Rute Perjalanan

14 Februari 2024

Ilustrasi kapal pesiar. Freepik.com/Chandlervid85
Impian Berlayar ke Antartika Buyar, Kapal Pesiar Diam-diam Ubah Rute Perjalanan

Penumpang kapal pesiar ini sudah membayar mahal, sampai Rp203 juta per orang untuk ikut ke Antartika.


Apa Itu Sivitas Akademika yang Terus Lakukan Kritik terhadap Jokowi?

10 Februari 2024

Sejumlah civitas akademika dan guru besar dari berbagai fakultas UGM membacakan Petisi Bulaksumur menyesalkan berbagai penyimpangan pemerintahan Jokowi, di Balairung UGM, Yogyakarta, Rab, 31 Januari 2024. EIBEN HEIZER/TEMPO
Apa Itu Sivitas Akademika yang Terus Lakukan Kritik terhadap Jokowi?

Sivitas akademika dari puluhan universitas terus melakukan kritik terhadap Jokowi, menjelang Pemilu 2024. Apakah itu sivitas akademika?


Para Ilmuwan Temukan Asteroid Dekat Bumi Beberapa Jam Sebelum Meledak di Atas Berlin

25 Januari 2024

Ilustrasi asteroid. youtube.com
Para Ilmuwan Temukan Asteroid Dekat Bumi Beberapa Jam Sebelum Meledak di Atas Berlin

Asteroid ini bisa dilihat masyarakat di sekitar Berlin, Jerman, dengan bentuk seperti pancaran sinar bola api.


Ilmuwan Berusaha Ungkap Teka-teki Es Laut Antartika

22 Januari 2024

Bongkahan es raksasa yang terbentuk dari sisi barat Ronne Ice Shelf di Antartika. Kredit: ESA/Earth Observation
Ilmuwan Berusaha Ungkap Teka-teki Es Laut Antartika

Ilmuwan meneliti penyebab berkurangnya lapisan es di Antartika. Bisa membantu pemerintah merencanakan cara merespons kenaikan air laut.


Mumi Alien yang Misterius Muncul di Peru Ternyata Boneka Humanoid

14 Januari 2024

Hasil sinar-X dan penelitian yang dilakukan oleh Institute of Legal Medicine of Peru terhadap 'mumi alien' yang menyimpulkan bahwa itu adalah boneka yang terbuat dari tulang binatang dipajang di Lima, Peru, 12 Januari 2024. REUTERS/Sebastian Castaneda
Mumi Alien yang Misterius Muncul di Peru Ternyata Boneka Humanoid

Para ilmuwan menyatakan 'mumi alien' di Peru sebenarnya adalah boneka yang terbuat dari tulang Bumi.


Ilmuwan Simpulkan Fosil New Mexico Spesies Tyrannosaurus Baru

12 Januari 2024

Rekonstruksi spesies dinosaurus yang baru diidentifikasi Tyrannosaurus mcraeensis, berdasarkan sebagian fosil tengkorak yang dikumpulkan di New Mexico, AS Sergei Krasinski/Handout via REUTERS
Ilmuwan Simpulkan Fosil New Mexico Spesies Tyrannosaurus Baru

Para ilmuwan menyimpulkan fosil New Mexico adalah spesies Tyrannosaurus baru.


Suhu 2023 Terpanas yang Tercatat, Ilmuwan UE: Bermula dari Krisis Iklim

10 Januari 2024

Pemandangan danau Tefe di sungai Solimoes yang terkena dampak suhu panas dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 1 Oktober 2023. REUTERS/Bruno Kelly
Suhu 2023 Terpanas yang Tercatat, Ilmuwan UE: Bermula dari Krisis Iklim

Rata-rata pada tahun 2023 suhu bumi lebih panas 1,48 derajat Celcius dibandingkan periode pra-industri pada tahun 1850-1900.