Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

385 Juta Tahun, Fosil Hutan Tertua di Dunia Ditemukan di New York

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Pejabat setempat menempatkan batu untuk mencoba melindungi fosil hutan tertua berusia 385 juta tahun di New York dari kendaraan roda empat. Kredit: William Stein & Christopher Berry
Pejabat setempat menempatkan batu untuk mencoba melindungi fosil hutan tertua berusia 385 juta tahun di New York dari kendaraan roda empat. Kredit: William Stein & Christopher Berry
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian mengungkap fosil hutan tertua di dunia, berumur 385 juta tahun, telah ditemukan di New York, sebagaimana dilaporkan USA Today, 20 Desember 2019.

Di sebuah situs fosil di Cairo, New York, para peneliti menemukan sistem akar yang luas yang menunjukkan bukti daun dan kayu selama Zaman Devon, yang terjadi sekitar 416 hingga 359 juta tahun yang lalu, menurut National Geographic.

Situs ini hanya 2 hingga 3 juta tahun lebih tua dari yang sebelumnya diyakini sebagai hutan tertua di dunia, di Gilboa, New York, kurang dari 30 mil (48 km) jauhnya.

Tim peneliti, yang mempublikasikan temuan mereka pada hari Kamis, 19 Desember 2019, dalam jurnal peer-review Current Biology, menunjukkan transisi ke hutan seperti yang kita kenal sekarang lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

Penulis studi William Stein, profesor emeritus ilmu biologi di Universitas Binghamton, mengatakan hutan pertama di dunia muncul selama Zaman Devon.

"Efeknya adalah dalam hal perubahan ekosistem, apa yang terjadi di permukaan bumi dan lautan, konsentrasi CO2 di atmosfer dan iklim global," katanya dalam sebuah pernyataan. "Begitu banyak perubahan dramatis terjadi pada waktu itu sebagai hasil dari hutan-hutan awal itu, pada dasarnya, dunia tidak pernah sama sejak itu."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tiga jenis pohon diidentifikasi di tanah itu, kata studi itu. Yang pertama, dari genus Eospermatopteris, adalah tanaman berumur pendek seperti gulma yang juga ditemukan di lokasi di Gilboa. Yang kedua, dari genus Archaeopteris, adalah pendahulu bagi tanaman benih modern. Yang ketiga, mungkin dari kelas Lycopsida, mungkin jenis pohon yang hidup di rawa-rawa batu bara yang sebelumnya belum diidentifikasi sejak Zaman Devon.

"Ini mendorong ... (asal-usul) dari sistem akar semacam ini pada masa lalu," paleobotanist  University of North Carolina di Chapel Hill, Patricia Gensel, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan kepada majalah Smithsonian. "Pada pertengahan Devonian, kita memiliki pohon-pohon yang cukup canggih. Sebelum ini, kita tidak akan pernah bisa mengatakan itu."

Stein, yang bersama dengan timnya menemukan situs pertama di Gilboa, mengatakan lebih banyak penelitian diperlukan untuk mempelajari fosil hutan di seluruh dunia, bukan hanya di New York.

"Sepertinya bagi saya, di seluruh dunia, banyak dari lingkungan semacam ini dilestarikan dalam fosil tanah," Stein dalam sebuah pernyataan. "Dan saya ingin tahu apa yang terjadi secara historis, bukan hanya di Catskills, tetapi di mana-mana."

USA TODAY | CNN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

7 jam lalu

Mahasiswa pro-Palestina mengambil bagian dalam protes mendukung Palestina di tengah konflik yang sedang berlangsung di Gaza, di Universitas Columbia di New York City, AS, 12 Oktober 2023. REUTERS/Jeenah Moon
Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

Mahasiswa Universitas Columbia mengajukan pengaduan terhadap universitas di New York itu atas tuduhan diskriminasi dalam protes pro-Palestina


Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

14 jam lalu

Koalisi mahasiswa Universitas Michigan berkumpul di sebuah perkemahan di Diag untuk menekan universitas tersebut agar melepaskan dana abadinya dari perusahaan-perusahaan yang mendukung Israel atau dapat mengambil keuntungan dari konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di kampus perguruan tinggi Universitas Michigan  di Ann Arbor, Michigan, AS, 22 April 2024. REUTERS/Rebecca Cook
Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.


Cerita di Balik Hotel Chelsea yang Disebut Taylor Swift dalam Lagu The Tortured Poets Department

2 hari lalu

Hotel Chelsea, New York, Amerika Serikat. Unsplash.com/Jon Tyson
Cerita di Balik Hotel Chelsea yang Disebut Taylor Swift dalam Lagu The Tortured Poets Department

Hotel Chelsea merupakan bangunan bersejarah yang dibangun antara tahun 1883 dan 1885


Temuan Fosil, Ular Raksasa Vasuki Indicus Saingi Ukuran Titanoboa

3 hari lalu

Ilustrasi ular dari keluarga MadtsoiidaeNewscientist.com/dimodifikasi dari nixillustration.com
Temuan Fosil, Ular Raksasa Vasuki Indicus Saingi Ukuran Titanoboa

Para penelitinya memperkirakan kalau ular tersebut dahulunya memiliki panjang hingga 15 meter.


112 Tahun Kapal Titanic Karam, Berikut Spesifikasinya dan Penyebab Tenggelam

8 hari lalu

RMS Titanic merupakan kapal penumpang uap terbesar di dunia pada saat itu yang dimiliki perusahaan pelayaran White Star Line. Pada tanggal 14-4, 1912, Titanic bertabrakan dengan gunung es di Samudra Atlantik Utara dan menewaskan 1.523 penumpang. gizmodo.de
112 Tahun Kapal Titanic Karam, Berikut Spesifikasinya dan Penyebab Tenggelam

Pada 15 April 1912, RMS Titanic karam di Atlantik Utara menabrak gunung es saat pelayaran dari Southampton di Inggris ke New York City


Laba JPMorgan Chase Pada Triwulan pertama 2024 Rp 216,3 Triliun, Ini Profil Perusahaan yang Berdiri Sejak 1872

11 hari lalu

JPMorgan Chase & Co. REUTERS
Laba JPMorgan Chase Pada Triwulan pertama 2024 Rp 216,3 Triliun, Ini Profil Perusahaan yang Berdiri Sejak 1872

Berikut profil JPMorgan Chase yang alami kenaikan 6 persen dalam triwulan pertama 2024 setara Rp 216,3 triliun. Usia perusahaan ini sudah 152 tahun.


Ini Arti 6 Warna Rompi Tahanan, Tak Cuma Baju Tahanan Oranye Seperti Tahanan KPK

15 hari lalu

Harvey Moeis. antaranews.com
Ini Arti 6 Warna Rompi Tahanan, Tak Cuma Baju Tahanan Oranye Seperti Tahanan KPK

Berbagai warna rompi tahanan berbeda memiliki maknanya sendiri-sendiri. Termasuk warna baju tahanan warna oranye yang dipakai tahanan KPK.


Jutaan Orang Terpukau Gerhana Matahari Total di Amerika Utara

17 hari lalu

Gerhana matahari total terlihat di Dallas, Texas, AS, 8 April 2024. NASA/Keegan Barber
Jutaan Orang Terpukau Gerhana Matahari Total di Amerika Utara

Cerita orang-orang yang menikmati dan berburu fenomena gerhana matahari total di Amerika Utara. Tetap terpukau meski sebagian terganggu awan.


Menjelang Akhir Masa Jabatan, Sandiaga Uno Akan Berbicara di Sidang Umum PBB

18 hari lalu

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, dalam wawancara dengan wartawan di halaman kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada Senin, 8 April 2024. Sumber: Istimewa
Menjelang Akhir Masa Jabatan, Sandiaga Uno Akan Berbicara di Sidang Umum PBB

Pada lebaran kedua, Sandiaga Uno akan bertolak ke New York City untuk berbicara di sidang umum PBB membahas transformasi pariwista Indonesia.


Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

29 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa malam, 27 Februari 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan alasan pemerintah memutihkan lahan sawit ilegal di kawasan hutan.