TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga Chaerul Anwar Nidom berpendapat lockdown atau menutup akses masuk dan keluar suatu kawasan demi menanggulangi penularan COVID-19 bisa saja dilakukan. Tapi tidak berdasar pada wilayah administrasi, karena mungkin menimbulkan dampak-dampak yang tidak kecil.
"Sebaiknya dilakukan lockdown kepulauan. Indonesia negara kepulauan, maka air (laut) sebagai isolator terbaik. Tapi harus ada beberapa langkah lain yang harus dijalani," kata Nidom menuturkan dalam keterangan tertulisnya kepada Tempo.co, Senin 16 Maret 2020.
Saat ini, pemerintah Indonesia baru menerapkan kebijakan batasan aktivitas sosial (social distance). Masyarakat diminta tetap di rumah dan semaksimal mungkin menjalankan aktivitasnya dari rumah. Itu diputuskan setelah kasus infeksi dan korban meninggal gara-gara virus corona COVID-19 di Indonesia terus bertambah. Per Senin pagi ini dikonfirmasi ada 117 kasus terinfeksi dan 5 orang meninggal.
Chaerul Anwar Nidom yang juga Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin di Profesor Nidom Foundation itu mengakui penanganan wabah pandemik virus itu di Indonesia adalah pekerjaan besar. Tapi dia percaya itu bisa dituntaskan.
Dia mencontohkan, jika di Pulau Jawa, dengan asumsi 1 persen penduduk berisiko terinfeksi, maka dibutuhkan fasilitas untuk 1 juta pasien. Itu, kata Nidom, bisa ditangani dengan cara seluruh Pulau Jawa bersatu. Semua gubernur, bupati/wali kota juga menjadi satu kesatuan, serta tidak mengambil kebijakan masing-masing.
"Hitung kapasitas rumah sakit di seluruh Pulau Jawa, baik milik pemerintah atau pun swasta. Jika kurang, kerahkan semua tenda-tenda milik militer dan Polri," katanya sambil menambahkan, "Jika masih belum terpenuhi, bisa gunakan masjid-masjid dan rumah ibadah sebagai rumah sakit darurat."
Lockdown di berbagai penjuru dunia. Indonesia belum berpikir lockdown.
Nidom juga meminta agar sekolah dan kantor-kantor tidak diliburkan. Sebaliknya, kerahkan mahasiswa bidang kesehatan, mulai dari kedokteran, perawat, dan lainnya dengan bimbingan dosen masing-masing untuk membantu perawatan.
"Kerahkan semua laboratorium pemerintah dan swasta, serta libatkan mahasiswa bidang biologi dan kimia untuk ikut uji diagnostik," tutur dia.
Sedangkan untuk siswa-siswa SMA atau sederajat bisa membantu untuk membuat disinfektan di sekolah masing-masing dengan supervisi mahasiswa Teknik kimia dan MIPA. Sedang siswa SMP, dikerahkan untuk membantu kebersihan dan penyemprotan lingkungan.
Mereka yang diliburkan hanya siswa SD/PAUD saja. Ibu-ibu rumah tangga bisa menyiapkan konsumsi dan empon-empon yang bisa membantu memompa daya tahan tubuh secara alami. Dan para pemuka agama menggaungkan/memimpin munajat untuk keselamatan.
"Semoga wabah virus corona menjadi gerakan Solidaritas Nasional," katanya.