Hanya saja, menurut Mahardika, secara epidemiologi Indonesia masih berstatus under-detected. Kemampuan negara dalam pengujian penyakit virus corona 2019 itu diakuinya harus dibenahi segera.
Mengutip data dari berbagai sumber, Mahardika mengatakan jumlah pengujian di Indonesia hanya 65 orang per satu juta penduduk. “Bandingkan dengan Jepang, misalnya, yang mempunyai rasio 509 per sejuta penduduk. Rasio Indonesia hanya 10 persen dari Jepang”.
Jika angka Jepang ini dijadikan patokan, Indonesia baru mendeteksi 10 persen dari kasus yang sebenarnya. Itu artinya, jumlah kasus terkonfirmasi saat ini mestinya minimum 200 ribu.
Angka yang sangat besar namun Mahardika kembali mengingatkan bahwa secara alami, virus corona Covid-19 tidak selalu menyebabkan kasus berat, apalagi sampai meninggal. "Sebagian besar orang yang terpapar tidak menjadi sakit. Yang mengembangkan gejala klinis pun lebih banyak klinis ringan."
Informasi dari WHO, 80 persen pasien yang sakit dapat sembuh tanpa pengobatan khusus. Data dari karantina kapal pesiar Diamond Princess di Jepang yang dimuat pada Journal Eurosurveillance juga menyebutkan persentase orang terpapar tapi tak terinfeksi sekitar 75 persen. Proporsi yang positif tanpa gejala adalah 8 persen, dan yang simptomatik adalah 17 persen.
Sedang data dari Wuhan, Cina, yang dipublikasi di JAMA menyebutkan pasien yang kritis hanya 5 persen dari yang mengeluh ringan sampai berat. Itu berarti 5 persen dari 17 persen, artinya hanya 0,85 persen.