TEMPO.CO, Jakarta - Google mengungkap upaya peretasan akun email pribadi staf kampanye pemilihan presiden untuk Joe Biden dan Donald Trump. Hacker terdeteksi dari Cina dan Iran dengan jenis serangan berupa phishing, mirip seperti yang pernah dialami ketua kampanye Hillary Clinton saat pilpres 2016.
Dalam pernyataannya, Google mengungkap upaya serangan itu terkonfirmasi oleh Threat Analysis Group. "Kelompok Cina menargetkan akun email pribadi staf kampanye Biden dan kelompok Iran menargetkan akun email pribadi staf kampanye Trump," ujarnya kepada Daily Mail, Jumat, 5 Juni 2020.
Sumber informasi yang menolak dikutip namanya itu mengaku tidak melihat bukti bahwa upaya tersebut berhasil. Keterangan tersebut senada yang dibagikan Kepala Threat Analysis Group Google, Shane Huntley, lewat akun Twitter pribadinya pada Kamis, 4 Juni 2020.
"Baru-baru ini TAG melihat kelompok APT Cina menargetkan staf kampanye Biden dan APT Iran menargetkan staf kampanye Trump dengan phishing. Tidak ada tanda kompromi," cuit Huntley merujuk kelompok yang dilabelkan advanced persistent threat.
Kelompok-kelompok yang terlibat upaya serangan itu disebutkan APT31 dan APT35. Kelompok APT35, juga dikenal sebagai Charming Kitten atau Newscaster, didukung Iran. Google punya julukan sendiri kepada kelompok itu, yakni Fosfor.
Trump diduga menjadi sasaran karena pemerintahannya menimbang serangan siber terhadap Iran atas serangan terhadap fasilitas minyak Saudi bulan lalu. Dalam periode 30 hari, antara Agustus dan September, Fosfor disebut telah melakukan lebih dari 2.700 upaya untuk mengidentifikasi akun email konsumen milik pelanggan tertentu, kemudian menyerang 241 akun tersebut.
Laporan serangan-serangan itu menunjukkan bagaimana keamanan dunia maya akan menjadi masalah utama dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang akan dihelat November nanti. FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat pun telah memperingatkan bahaya yang sama.
Juru bicara kampanye Trump dan Biden mengatakan kepada TechCrunch bahwa mereka mengetahui serangan itu. "Kami sudah tahu sejak awal kampanye, bahwa kami akan menjadi sasaran serangan semacam itu dan kami siap menghadapi mereka," kata juru bicara kampanye Biden.
Namun, serangan diduga tak cuma berasal dari Cina dan Iran. Pada Februari lalu, pejabat senior intelijen mengatakan kepada anggota parlemen bahwa hacker Rusia ikut campur dalam pemilihan 2020 untuk memilih kembali Donald Trump untuk masa jabatan kedua.
Anggota parlemen diberi penjelasan bahwa Rusia lebih menyukai Trump, juga diberitahu tentang upaya untuk meretas dan menyerang infrastruktur pemilu.
DAILY MAIL | TECH CRUNCH | NEW YORK TIMES | CNN