TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa setiap karantina wilayah atau lockdown telah mencegah puluhan juta kasus infeksi virus corona Covid-19. Penelitian berasal dari University of California, yang meneliti enam negara: Cina, Korea Selatan, Italia, Iran, Prancis dan Amerika Serikat.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa kebijakan penguncian wilayah itu berefek signifikan pada jumlah kasus infeksi virus SARS-CoV-2 di setiap negara. Dipublikasikan di jurnal Nature, hasil penelitian itu mencatat, tanpa kebijakan karantina dan penguncian wilayah, kasus awal Covid-19 diperkirakan tumbuh eksponensial, sekitar 38 persen per hari.
"Kami menemukan kebijakan anti-penularan secara signifikan dan substansial memperlambat pertumbuhan ini," tertulis di jurnal itu.
Penelitian itu menyebutkan sekitar 60 juta infeksi dicegah di Amerika Serikat saja. Selain itu, juga terhindarkan 285 juta kasus infeksi di Cina, 38 juta dicegah di Korea Selatan, 49 juta di Italia, 54 juta di Iran dan 45 juta di Perancis.
Beberapa kebijakan memiliki dampak berbeda pada populasi yang berbeda, tapi peneliti memperoleh bukti konsisten bahwa paket kebijakan yang sekarang digunakan mencapai hasil kesehatan yang bermanfaat dan terukur.
Penelitian tersebut menyarankan strategi untuk melakukan Lockdown selama 50 hari, diikuti dengan kebijakan jaga jarak dan pembatasan aktivitas sosial selama 30 hari. Kombinasi itu diprediksi dapat mengurangi angka reproduksi virus (jumlah orang yang ditularkan oleh setiap orang yang terinfeksi) sampai 0,5 di semua negara.
Studi terpisah, yang juga diterbitkan pada awal Mei, berpendapat bahwa penguncian yang ditargetkan secara optimal dapat membantu melindungi masyarakat yang paling rentan, juga melindungi ekonomi. Bahkan, peneliti lain sebelumnya juga berpendapat bahwa Lockdown tidak boleh dicabut sebelum vaksin tersedia.
Saat ini, belum ada vaksin atau obat yang telah teruji klinis bisa mengatasi Covid-19. Hingga Senin malam, 8 Juni 2020, sudah ada lebih dari 7 juta kasus positif penyakit itu di dunia, dengan angka kematian sekitar 400 ribu.
FOX NEWS | NATURE | WASHINGTON POST