TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok ilmuwan menyatakan akan mempublikasikan sepucuk surat terbuka yang telah mereka kirim untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Surat itu berisi klaim yang memperingatkan bahwa virus corona jenis baru penyebab pandemi Covid-19 menyebar di udara. Artinya, virus itu bisa melayang-layang cukup lama dan ketika berada dalam jumlahnya yang cukup akan menginfeksi yang lain.
Surat itu, yang sebelumnya diberitakan Los Angeles Times dan New York Times, juga menuding WHO telah gagal untuk mengeluarkan peringatan yang seharusnya tentang risiko terinfeksi virus corona via penularan di udara tersebut. Kelompok ilmuwan itu menyerukan WHO merevisi rekomendasinya tentang potensi penularan SARS-CoV-2, nama yang diberikan kepada virus itu, sementara mereka berencana mempublikasikan isi surat itu dalam Clinical Infectious Diseases.
Menurut keterangan yang dibagikan Queensland University of Technology, surat itu ditandatangani 239 peneliti dari 32 negara terdiri dari ahli virology, fisika aerosol, dinamika fluida, epidemiologi, kedokteran, teknik bangunan. "Adanya transmisi di udara itu tak seharusnya membuat takut. Ini tidak seperti virus yang berubah. Tapi ini membuat kita paham cara melindungi diri,” kata Jose Jimene, professor kimia dan biokimia di University of Colorado, Amerika Serikat.
Saat ini, WHO dan juga Pusat Pengendalian dan pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) hanya memperingatkan bahaya penularan virus corona dari menghirupnya dalam muncratan air liur (droplet) ketika seorang yang sudah lebih dulu terinfeksi mengalami batuk, bersin, atau bicara.
Ada juga penularan dari menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi lalu menggunakan bagian yang terkontaminasi itu untuk menyentuh mata, hidung atau mulut. Dalam petunjuk pengendalian dan pencegahan infeksi yang diterbitkannya 29 Juni, WHO membenarkan adanya penularan dari udara hanya untuk situasi di rumah sakit ketika dilakukan prosedur medis intubasi yang bisa memproduksi partikel mikroskopis dalam jumlah besar.
Kelompok ilmuwan itu menyatakan petunjuk yang hanya memperingatkan dua jenis penularan itu telah mengabaikan bukti bahwa penularan via udara juga berperan kunci dalam penyebaran virus.
Dalam suratnya, mereka menggarisbawahi sejumlah studi yang bisa mendemonstrasikan bagaimana aerosol berisi virus itu melayang-layang di udara cukup lama, dengan ketinggian beberapa belas kaki (feet) di atas permukaan. Itu membuat ruangan yang tak memiliki ventilasi baik, bus-bus, dan ruang tertutup lainnya berbahaya—bahkan ketika orang-orang di dalamnya tetap menjaga protokol jaga jarak dua meter.