TEMPO.CO, Jakarta - Vaksin Covid-19 Rusia yang kontroversial, Sputnik V, akan mulai diuji klinis dengan skala luas minggu depan. Jumlah relawan diklaim lebih dari 44 ribu orang dari negara-negara dengan jumlah populasi seluruhnya mencapai lebih dari 50 persen penduduk dunia.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengungkap itu dalam konferensi pers secara virtual di Jakarta, Rabu 26 Agustus 2020. "Uji klinis fase ketiga akan dimulai minggu depan di beberapa negara. Jumlah relawan totalnya ada sekitar 44 ribu dengan jarak usia antara 18 dan 60 tahun," ujarnya.
Sejumlah negara yang dijadwalkan melakukan uji klinis tahap tiga untuk vaksin tersebut disebutkan Lyudmila antara lain Filipina, Mesir, India dan Brasil. Adapun Indonesia, menurutnya, telah ditawari yang sama namun belum memberikan respons.
"Banyak negara tertarik dengan pengembangan Sputnik V karena uji klinis tahap pertama dan kedua dari vaksin tersebut sudah dilakukan di Rusia dengan hasil yang menjanjikan," kata dia.
Menurut Lyudmila pula, total sebanyak lebih dari 1 miliar orang akan divaksinasi oleh Sputnik V pada 2020-2021. "Petugas medis, guru, dan kelompok berisiko tinggi lainnya akan menjadi yang pertama yang mendapat vaksin Covid-19," kata dia lagi.
Vaksin Covid-19 dari Rusia, Sputnik-V. REUTERS/Handout
Pada 11 Agustus, Presiden Rusia Vladimir Putin telah setuju produksi massal Sputnik V dan mendeklarasikannya sebagai vaksin pertama di dunia untuk melawan virus corona Covid-19. Izin yang diberikan kontan memicu kontra dari banyak kalangan peneliti dunia karena Sputnik V belum sampai diuji luas dengan hasil dari uji awal yang juga tidak dipublikasikan.
Seperti disebutkan Lyudmila, vaksin dikembangkan oleh Pusat Penelitian Nasional untuk Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya dari Kementerian Kesehatan Rusia tersebut dalam uji klinis fase kedua mengikutsertakan hanya 76 relawan. Termasuk di antaranya putri dari Vladimir Putin.
Baca juga:
Selain Happy Hypoxia, Gejala Aneh Covid-19: Covid Toes
"Hasilnya memicu respons imunitas di tubuh relawan dengan tanpa ada efek samping," kata Lyudmilla.