TEMPO.CO, Jakarta - Facebook menyatakan memblokir live streaming yang dilakukan seorang pria di Prancis, penderita sakit yang tak bisa sembuh lagi, yang berencana menyiarkan kematiannya. Alain Cocq, 57 tahun, memiliki kondisi medis yang menyebabkan pembuluh darah arterinya menempel satu sama lain, dan sempat berhenti makan dan minum sejak Jumat malam lalu.
Cocq diketahui menggunakan kondisi penyakitnya itu untuk menyuarakan aspirasi tentang perubahan ketentuan di mata hukum untuk hak mengakhiri hidup (eutanasia). Dia juga mengumumkan akan menyiarkan kematiannya di Facebook.
"Kami ikut prihatin dengan Alain Cocq dan mereka yang menjalani situasi serupa," kata jurubicara Facebook, Emily Cain, lewat surat elektronik, Sabtu 5 September 2020.
Dia menyatakan Facebook telah mengambil insiatif mencegah Alain bisa live streaming karena kebijakan perusahaan itu tak menampilkan upaya-upaya bunuh diri. "Tapi kami menghormati keputusannya untuk menarik perhatian luas kepada isu yang sulit dan kompleks secara medis," katanya.
Cocq sebelumnya bersurat kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Juli lalu meminta dibiarkan 'mati dengan cara berwibawa' menggunakan bantuan aktif petugas medis. Cocq menulis kalau dia sangat menderita.
Macron telah membalas suratnya itu dan mengatakan mengagumi kehendak Cocq yang dinilainya luar biasa. Namun, Macron menambahkan, menyatakan tak bisa memenuhi permintaan Cocq.
Di Prancis, eutanasia memang ilegal. Hukum di negara itu juga melarang pembiusan dalam agar pasien tak sadarkan diri hingga kematiannnya, kecuali untuk kondisi yang spesifik. Meskipun begitu, warga negara Prancis bisa memutuskan menghentikan pengobatan, dan hukum Prancis tak bisa menghukum seseorang karena mencoba bunuh diri.
Baca juga:
Microsoft Mampu Identifikasi Deepfake pada Foto dan Video Real-time
Cocq mengatakan akan mencari cara lain untuk bisa mengunggah video siaran langsung detik-detik kematiannya setelah mengetahui Facebook menghalangi rencananya tersebut.
THE VERGE