TEMPO.CO, Jakarta - Satu dari tujuh relawan mengeluh mengalami efek samping dari suntikan Sputnik V, vaksin Covid-19 yang masih bersifat eksperimental. Uji klinis fase tiga atau final tengah berjalan atas vaksin yang dikembangkan Institut Riset Gamaleya, Kementerian Kesehatan Rusia, tersebut.
Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko mengatakan lebih dari 300 dari 40 ribu relawan yang telah diumumkan sebelumnya telah mulai disuntikkan dengan Sputnik V hingga Jumat 18 September 2020. Dari 300 relawan pertama itu, sebanyak 14 persen dilaporkan mengalami lemas, sakit otot selama seharian, dan demam.
Tapi, menurut Mikhail, seluruh gejala tersebut menghilang pada keesokan harinya. Para relawan tersebut sejatinya akan menerima suntikan dosis kedua dari kandidat vaksin yang dikembangkan berdasarkan metode viral vector berbasis adenovirus itu dalam 21 hari ke depan.
Efek samping yang terjadi itu dipastikannya bersifat ringan. Dia menyebut istilah reaktogenik vaksin pasca penyuntikan. "Komplikasi itu telah ada dalam instruksi sebelum vaksinasi dan sudah diprediksi," katanya seperti dikutip dari kantor berita TASS.
Vaksin Covid-19 dari Rusia, Sputnik-V. REUTERS/Handout
Sputnik V belum melalui uji klinis fase tiga yang melibatkan sejumlah besar relawan ini saat disetujui otoritas di Rusia untuk didistribusikan. Uji klinis final Sputnik V baru dimulai di Moscow pada awal bulan ini.
Kalangan ilmuwan dunia sebelumnya telah memperingatkan bahaya penggunaan vaksin yang belum melalui uji keselamatan dan efikasi secara penuh. Mereka masih mempertanyakannya setelah hasil uji klinis awal, tahap 1 dan 2, belakangan dibeberkan Gamaleya.