Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Seluk Beluk Hujan Es di Indonesia, Dosen IPB: Awas Bergeser ke Timur

Reporter

image-gnews
Warga menunjukkan butiran es saat Hujan es di daerah Bogor, Rabu, 23 September 2020. Istimewa
Warga menunjukkan butiran es saat Hujan es di daerah Bogor, Rabu, 23 September 2020. Istimewa
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa cuaca ekstrem hujan es yang melanda Bogor dan wilayah lain beberapa hari lalu berbeda dari hujan salju. Hujan es sangat terkait dengan kejadian equinox, yaitu fenomena ketika matahari tepat berada di equator, sehingga penerimaan energi matahari di wilayah dekat equator cukup tinggi.

“Hujan es ini kejadian yang tidak sering, tapi juga tidak jarang," kata dosen dari Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), IPB University, Rini Hidayati, melalui keteranga tertulis, Jumat 25 September 2020.

Di Indonesia, Rini menerangkan, kejadian Equinox biasanya terjadi di akhir musim kemarau atau awal musim hujan yang ditandai dengan udara yang panas dan lembap, terutama karena banyak uap air yang dibawa oleh angin dari lautan.

Kondisi panas dan lembap tersebut menyebabkan terbentuknya awan Cumulonimbus (Cb), yaitu awan yang tumbuh vertikal dari ketinggian yang rendah (kurang dari 2000 meter) sampai dengan belasan kilometer. Awan Cb ini tumbuh vertikal hingga melampaui lapisan suhu nol derajat Celsius, berpotensi terjadi pembekuan sehingga butiran hujan menjadi padat (es).

"Saat turun belum sepenuhnya luruh sehingga sampai ke permukaan tanah masih dalam bentuk padatan," kata Rini.

Ia juga mengatakan jenis awan yang sama sering menghasilkan hujan lebat yang disertai badai dan petir. Adapun kejadian hujan es ditandainya sering terjadi, terutama di daerah-daerah yang tidak jauh dari laut. Contohnya Pulau Jawa yang hampir seluruh wilayahnya, menurut Rini, tidak jauh dari laut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seiring dengan berakhirnya musim kemarau dan datangnya awal musim hujan, fenomena hujan es pun disebutnya mempunyai pola pergeseran dari wilayah barat Indonesia ke arah timur. Penerima hujan es umumnya dimulai dari Sumatera bagian Barat Laut ke arah Selatan dan Timur, kemudian menyusul Jawa bagian barat dan selanjutnya ke arah timur dengan skala yang masih sulit diperhitungkan.

"Karena fenomena ini bergeser, wilayah di Timur dari Bogor misalnya, perlu bersiap-siap menerima hujan es yang disertai badai dan petir ini,” ujarnya.

Baca juga:
Temuan Endapan Purba Kuatkan Potensi Tsunami Raksasa dari Selatan Jawa

Terkait dampak yang dapat ditimbulkan, Rini menjelaskan bahwa hujan es tidak memberikan dampak kerusakan yang mengkhawatirkan. Es yang turun tersebut tidak sampai merusak. Tetapi, dampak negatif justru datang dari hujan lebat, petir dan angin yang menyertainya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ambisi Akreditasi Unggul, IPB Terima Kunjungan Tim Penilai Lamemda dan Lamsama

13 jam lalu

Gedung Rektorat IPB University di kampus IPB Dramaga Bogor /ANTARA
Ambisi Akreditasi Unggul, IPB Terima Kunjungan Tim Penilai Lamemda dan Lamsama

Para asesor lembaga akreditasi mandiri mengunjungi IPB. Mengecek mutu dua program studi doktor.


Prakiraan Cuaca BMKG: Hujan Melanda Sejumlah Kota Besar Dipicu Bibit Siklon 91W, Waspadai Banjir Rob

20 jam lalu

Ilustrasi hujan petir. sciencedaily.com
Prakiraan Cuaca BMKG: Hujan Melanda Sejumlah Kota Besar Dipicu Bibit Siklon 91W, Waspadai Banjir Rob

Potensi awan hujan di sekitar bibit siklon tropis, sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi atau konvensi.


Cuaca Panas Bekap Asia Daratan, Indonesia Masih Punya Potensi Hujan Lebat Hari Ini

2 hari lalu

Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) alat pengukur penguapan air di Taman Alat Cuaca BMKG Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2023. BMKG memprediksi musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan berlangsung hingga akhir Oktober dan awal musim hujan terjadi pada awal November 2023. Tempo/Tony Hartawan
Cuaca Panas Bekap Asia Daratan, Indonesia Masih Punya Potensi Hujan Lebat Hari Ini

Ketika cuaca panas masih membekap wilayah luas di daratan Asia, potensi hujan lebat masih ada untuk wilayah Indonesia hingga hari ini.


Badai di Rio Grande do Sul Brasil Menewaskan 55 Orang dan Puluhan Korban Hilang

3 hari lalu

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva terlihat saat konferensi pers di sebuah hotel setelah KTT G20, di New Delhi, India, 11 September 2023. REUTERS/Anushree Fadnavis
Badai di Rio Grande do Sul Brasil Menewaskan 55 Orang dan Puluhan Korban Hilang

Hujan lebat di Rio Grande do Sul, Brasil telah menewaskan setidaknya 55 orang tewas dan 74 orang masih dinyatakan hilang.


Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

4 hari lalu

Foto udara menunjukkan area yang terkena dampak banjir di Lajeado, negara bagian Rio Grande do Sul, Brasil, 3 Mei 2024. Jeff Botega/Agencia RBS via REUTERS
Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

Sebanyak 39 orang tewas dan 68 lainnya belum ditemukan akibat hujan lebat dan banjir yang melanda Rio Grande do Sul, Brasil.


Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

4 hari lalu

Area persawahan yang kering di kawasan Babelan, Bekasi, Jawa Barat, Selasa, 5 September 2023. Kekeringan yang telah terjadi di beberapa daerah di Indonesia merupakan dampak dari El Nino. TEMPO/Tony Hartawan
Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

BMKG memastikan suhu panas di Indonesia masih bagian dari kondisi tahunan, seperti kemarau, bukan akibat heatwave.


Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

4 hari lalu

Sejumlah warga berjalan saat hujan di Jakarta, Jumat 15 Maret 2024. BPBD DKI Jakarta menyampaikan potensi hujan dengan intensitas sedang dan lebat disertai kilat atau angin kencang, dimana kondisi tersebut dipicu aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) serta fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial yang masih terpantau dan diprediksi aktif di wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

BMKG memprakirakan kondisi cuaca suatu area berdasarkan data numerik. Hujan ringan, sedang, dan lebat dibedakan berdasarkan intensitas airnya.


Peringatan Dini BMKG: Sejumlah Provinsi Berpotensi Hujan Lebat Disertai Petir

5 hari lalu

Ilustrasi hujan petir di Jakarta. Dok.TEMPO
Peringatan Dini BMKG: Sejumlah Provinsi Berpotensi Hujan Lebat Disertai Petir

Potensi hujan signifikan terjadi karena kontribusi dari aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial.


Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

8 hari lalu

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian IPB University, Prof. Nancy Dewi Yuliana. Dok Humas IPB University
Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.


UTBK SNBT di IPB University, Sebagian Peserta Harus Parkir Terpisah dan Naik Bus Ini

8 hari lalu

Ilustrasi UTBK (ujian tulis berbasis komputer). TEMPO/Tony hartawan
UTBK SNBT di IPB University, Sebagian Peserta Harus Parkir Terpisah dan Naik Bus Ini

IPB University menjadi salah satu pusat pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK SNBT) 2024.