TEMPO.CO, Singapura - Cina sedang dalam pembicaraan dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) agar vaksin Covid-19 yang dikembangkan di dalam negerinya, dan sebagian sudah digunakan sebagai vaksin darurat, bisa digunakan dengan status yang sama secara global.
Koordinator WHO untuk Obat-obatan Esensial dan Teknologi Kesehatan di Kawasan Pasifik Barat, Socorro Escalate, mengungkap itu dalam konferensi pers daring pada, 6 Oktober 2020. Dia mengatakan bahwa Cina telah mengadakan diskusi awal dengan WHO untuk memasukkan vaksinnya ke dalam daftar untuk penggunaan darurat.
Prosedur pencatatan penggunaan darurat WHO memungkinkan penilaian terhadap vaksin dan perawatan yang tidak berlisensi untuk mempercepat ketersediaannya demi kesehatan masyarakat. Prosedur tersebut membantu negara anggota WHO dan badan pengadaan PBB untuk menentukan penerimaan masyarakat terhadap vaksin.
"Secara potensial, melalui daftar penggunaan darurat, kualitas dan keamanan vaksin ini dan kemanjurannya dapat dinilai dan kemudian ini dapat disediakan untuk pemegang lisensi kami," kata Escalante.
Pemerintah Cina telah menetapkan setidaknya tiga vaksin Covid-19 yang masih diuji klinis final bisa digunakan secara darurat secara massal. Sebanyak ratusan ribu pekerja esensial dan kelompok lain yang dianggap berisiko tinggi di negara itu dilaporkan telah menerima suntikan dosisnya.
Sedang secara keseluruhan, Cina memiliki sedikitnya empat vaksin eksperimental dalam tahap akhir uji klinis. Dua di antaranya dikembangkan oleh China National Biotec Group (CNBG) milik negara, dan dua sisanya masing-masing berasal dari Sinovac Biotech dan CanSino Biologics.
Vaksin-vaksin tersebut tengah diuji di sejumlah negara, seperti Pakistan, Indonesia, Brazil, Rusia, dan Uni Emirat Arab (UAE). Negara yang terakhr pada September lalu bahkan sudah ikut mengesahkan penggunaan darurat vaksin CNBG di dalam negerinya. Pengesahan itu menjadi izin darurat internasional pertama untuk salah satu vaksin Cina.
Baca juga:
Bio Farma Ajukan Izin Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 Januari
Sementara itu, Presiden Filipina Rodrigo Duterte, September, mengatakan akan memprioritaskan Cina dan Rusia dalam belanja global negaranya untuk vaksin Covid-19.