TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno Berita Kemarin seluruhnya terkait Covid-19. Yang pertama berisi kecemasan dokter dan ahli epidemiologi akan prediksi lonjakan kasus positif pasca demo penolakan terhadap UU Cipta Kerja besar di banyak daerah. Baik peserta demo itu maupun pemerintah yang memicunya mendapat sorotan.
Berita kedua mengenai informasi kampus yang terpaksa tutup sementara karena kasus penyakit yang sama. Kali ini dilaporkan Universitas Lampung yang melakukannya menyusul hasil rapid dan swab test yang dilakukan atas staf dan pengajar.
Berita terpopuler ketiga spesifik tentang SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19. Peneliti di Jepang melakukan penelitian menggunakan model kulit manusia dan mendapati virus itu bisa hidup di sana selama 9 jam, atau bahkan 11 jam jika terbungkus droplet.
Baca juga:
AS Uji Obat Remdesivir Dicampur Antibodi untuk Pasien Covid-19
Berikut ini Top 3 Tekno Berita Kemarin, Jumat 9 Oktober 2020, selengkapnya
1. Dokter dan Epidemiolog Ngeri Lonjakan Kasus Covid-19 Pasca Demo Omnibus
Demonstrasi besar menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja di banyak daerah memicu kekhawatiran memunculkan klaster baru penularan penyakit infeksi virus corona 2019 alias Covid-19. Jangankan kontak fisik yang terjadi, seruan-nyanyian-orasi pun bisa menjadi sumber droplet dan aerosol berisi virus yang mudah menular itu.
"Benar ada staf dan tenaga pendidik yang terpapar Covid-19, sehingga kami berlakukan work from home," ujar juru bicara Rektor Unila, Nanang Trenggono, saat dihubungi di Bandarlampung, Kamis 8 Oktober 2020.
Dia menerangkan, rapid test Covid-19 dilakukan bagi karyawan dan dosen pada minggu lalu. Swab test lalu dilakukan setelah mengetahui ada beberapa orang yang reaktif dari hasil rapid test itu.
3. Peneliti Jepang Tunjukkan SARS-CoV-2 Bisa Hidup di Kulit 9 Jam
Sebuah studi baru di Jepang menemukan virus corona jenis baru penyebab Covid-19 bisa bertahan hidup pada kulit manusia jauh lebih lama daripada virus flu umumnya. SARS-CoV-2 hidup di sampel kulit manusia di laboratorium selama sekitar sembilan jam.
Ilustrasi virus Corona atau Covid-19. Shutterstock
Itu kontras dengan sebuah galur virus influenza A yang juga digunakan dalam studi itu. Virus flu A didapati hanya dapat bertahan hidup pada sampel yang sama hanya selama dua jam. Tapi, beruntungnya, kedua jenis virus corona itu, yang hidup lebih lama maupun lebih singkat, sama tidak tahan terhadap hand sanitizer.
Baca juga:
Hasil Investigasi Sebut Pesawat Tempur F-35 AS Jatuh Karena Pilot dan Helmnya
Temuan ini menggarisbawahi pentingnya mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer untuk mencegah penularan Covid-19. Temuan juga membuktikan SARS-CoV-2 memiliki risiko lebih tinggi untuk penularan lewat kontak fisik karena lebih stabil di permukaan kulit ketimbang virus flu A.