TEMPO.CO, Maryland - Institut Kesehatan Nasional (NIH) Amerika Serikat mengumumkan dimulainya uji klinis tahap akhir obat atau terapi baru untuk pasien Covid-19, Kamis 8 Oktober 2020. Obat atau terapi baru itu berupa gabungan antara obat antivirus remdesivir dan cairan antibodi yang dibuat dari plasma pasien sembuh.
Remdesivir adalah antivirus buatan Gilead Sciences yang semula ditujukan sebagai kandidat obat Ebola. Namun dalam uji yang dilakukan, obat ini terbukti mampu mengurangi masa pasien Covid-19 menjalani perawatan di rumah sakit--meski tidak diketahui pengaruhnya untuk tingkat kematian.
Sedang antibodi menyerupai antibodi tubuh pasien Covid-19 yang sudah berhasil sembuh. Para peneliti yakin bahwa memberikan cairan antibodi itu kepada pasien Covid-19 di awal gejala mampu memperkuat respons antibodi alami melawan virus, sehingga mengurangi risiko penyakit parah serta kematian.
"Perusahaan farmasi Emergent BioSolutions, Grifols S.A, CSL Behring dan juga Takeda Pharmaceutical bekerja sama memasok cairan antibodi tersebut," kata NIH.
Baca juga:
Peneliti Jepang Tunjukkan SARS-CoV-2 Bisa Hidup di Kulit 9 Jam
Penelitian yang menguji cairan antibodi itu digabungkan dengan remdesivir dilakukan pada orang dewasa rawat inap di Amerika Serikat, Meksiko dan 16 negara lainnya. Tujuan utama dari uji klinis tersebut adalah untuk membandingkan status kesehatan pasien dengan mereka yang menerima remdesivir saja setelah sepekan.