Meskipun begitu, jumlah korban yang sangat besar pada 1918 membuat banyak ahli mikrobiologi mempertimbangkan ulang peran dari bakteri itu. Beberapa menunjuk yakin kepada virus sebagai pembunuh utama.
Terbukti ketika ilmuwan yang bekerja untuk pemerintah AS membangkitkan kembali jenis virus flu 1918 pada 2015 lalu, virus itu mampu membunuh sel-sel dalam cawan petri di laboratorium dan membuat tikus percobaan jatuh sakit. "Pandemi 1918 memang dan jelas sekali unik dan telah diyakini luas sebagai peristiwa alami paling mematikan yang terjadi sepanjang sejarah manusia," kata Brundage.
Tapi, untuk mengkaji ulang kesimpulannya, Brundage dan Dennis Shanks dari Australian Army Malaria Institute di Enoggera, Queensland, menguliti literatur dan rekam medis dari 1918 dan 1919. Hasilnya, semakin mereka teliti, semakin bakteri muncul sebagai pembunuh sesungguhnya.
Sebagai contoh, jika memang supervirus bertanggung jawab untuk kematian terbesar, seseorang yang terinfeksi seharusnya meninggal dengan cepat. Atau, setidaknya untuk kebanyak kasus mengikuti progres yang serupa.
Namun, Shanks dan Brundage menemukan sedikit yang meninggal di hari ketiga gejalanya muncul. Kebanyakan berahan lebih dari seminggu. "Intinya adalah kami berpikir virus influenza diperlukan--tapi tidak cukup--untuk menyebabkan sebagian besar kematian itu sendirian," kata Brundage.
Saat ini, sebagian ahli kesehatan dunia bersiap menghadapi pandemi flu berikutnya dengan menggunakan pandemi 1918 sebagai panduan. Artinya, mereka mengantisipasi kehadiran supervirus yang mematikan.
Baca juga:
Melonjak, Hampir 500 Ribu Orang Amerika Tertular Covid-19 dalam Seminggu
Virus flu burung H5N1 diduga mampu membunuh manusia tanpa bantuan bakteri, tapi itu dipandang karena jenis virus ini belum sepenuhnya beradaptasi dalam tubuh manusia. "Jika H5N1 bisa melakukan adaptasi itu, bakteri mungkin memainkan peran yang lebih besar untuk angka kematiannya," kata McCullers sambil menyarankan para ahli jangan berfokus hanya kepada virus.
Anthony Fauci yang berada dalam satuan tugas bentukan Pemerintah AS untuk menyiapkan diri menghadapi pandemi flu di masa depan mengakui mempertimbangkan yang sama. "Ide untuk menimbun vaksin dan antibiotik untuk bakteri sedang dikaji secara serius."
NEW SCIENTIST | CIDRAP | LIVESCIENCE