TEMPO.CO, Jakarta - Terapi plasma konvalesen menunjukkan sedikit khasiat saja untuk pasien Covid-19 bergejala berat. Plasma konvalesen adalah plasma darah yang didonorkan dari pasien yang sudah sembuh, dengan harapan mampu menyumbang antibodi kepada pasien bergejala parah yang masih berjuang melawan infeksi virus corona.
Terapi ini semakin luas digunakan termasuk di Indonesia. Namun, data hasil uji klinis di Argentina yang dirilis dan dipublikasikan dalam The New England Journal of Medicine, Senin 24 November 2020, menyatakan terapi ini tak signifikan dalam mengurangi risiko kematian pasien.
Riset terbaru di Argentina itu melibatkan 333 pasien pneumonia parah Covid-19 yang menjalani perawatan di rumah sakit. Kepada mereka diacak antara yang yang menerima plasma konvalesen dan plasebo (cairan biasa sebagai kontrol).
Setelah 30 hari, para ilmuwan tidak menemukan adanya perbedaan signifikan pada gejala atau kesehatan di antara para pasien tersebut. Tingkat kematian hampir sama, yakni 11 persen pada kelompok penerima plasma konvalesen dan 11,4 persen pada kelompok plasebo. Hasil yang dituai dianggap tidak jauh berbeda.
Ketua tim riset dalam studi itu, Ventura Simonovich dari Rumah Sakit Italiano de Buenos Aires, mengatakan kemungkinan plasma konvalesen membantu pasien Covid-19 yang tidak begitu parah. Tapi ini juga, kata dia, "Diperlukan riset lebih lanjut."
Baca juga:
Studi Temukan Antibodi Drop Pasca Pasien Covid-19 Sembuh
Seperti diketahui, terapi donor plasma darah dari pasien sembuh ini pernah digembar-gemborkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sebagai sebuah terobosan bersejarah. Pada Oktober, riset minor dari India menunjukkan bahwa plasma konvalesen menyembuhkan gejala seperti sesak napas dan kelelahan pada pasien Covid-19. Tapi, saat itu juga telah dinyatakan, terapi tidak mengurangi risiko kematian atau memberi perkembangan pada mereka yang bergejala berat selama 28 hari.
Sumber: Reuters