TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas kesehatan di Inggris menyatakan siapapun dengan riwayat anafilaksis terhadap obat atau makanan tidak boleh mendapatkan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech. Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan Inggris (MHRA) memberi panduan yang lebih lengkap tentang peringatan alergi dari suntikan vaksin itu.
MHRA mengatakan ada dua laporan anafilaksis dan satu laporan kemungkinan reaksi alergi sejak vaksinasi Covid-19 mulai dilakukan di negara itu, Selasa 8 Desember 2020. Vaksin diprioritaskan diberikan kepada kelompok yang dianggap paling rentan yakni petugas medis dan warga lanjut usia.
Baca juga:
Data Vaksin Pfizer dan BioNTech Dibobol Hacker
"Setiap orang dengan riwayat anafilaksis terhadap vaksin, obat atau makanan tidak boleh menerima vaksin Pfizer-BioNTech," kata Kepala Eksekutif MHRA, June Raine, Kamis, 10 Desember 2020.
Anafilaksis adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh yang sifatnya parah dan terkadang mengancam jiwa. Namun diyakinkan pula bahwa reaksi itu hanya dialami beberapa orang tertentu. Kebanyakan justru akan mengalami manfaat vaksin Covid-19 yang lebih besar daripada risikonya.
Baca Juga:
“Sehingga Anda dapat sepenuhnya yakin bahwa vaksin ini telah memenuhi standar keamanan, kualitas, dan efektivitas yang kuat,” kata Raine
Panduan yang lebih lengkap tentang anafilaksis dikeluarkan setelah berkonsultasi dengan ahli alergi. MHRA awalnya menyarankan siapa pun dengan riwayat reaksi alergi yang signifikan untuk tidak disuntik vaksin.
Kepada anggota parlemen, Raine menerangkan bahwa reaksi alergi semacam itu bukanlah fitur uji klinis vaksin Pfizer. Sedangkan, Pfizer mengatakan orang dengan riwayat reaksi alergi merugikan yang parah terhadap vaksin atau bahan kandidatnya telah dikeluarkan dari uji coba tahap akhir mereka, yang tercermin dalam protokol persetujuan darurat MHRA.
Paul Turner dari Imperial College London, pakar alergi dan imunologi, menguatkan keterangan Raine. Dia mengatakan telah menerima banyak data dari vaksinasi yang sudah bergulir itu dan menyimpulkan, "Kekhawatiran awal bahwa mungkin vaksin Pfizer mempengaruhi semua orang dengan alergi tidaklah benar.”
Menurut Turner, kandungan seperti polietilen glikol atau PEG bertanggung jawab atas reaksi tidak terkait dengan hal-hal yang dapat menyebabkan alergi makanan. “Demikian juga, orang dengan alergi yang diketahui hanya pada satu obat seharusnya tidak berisiko,” katanya.
Margaret Keenan, 90 tahun, saat disuntikan vaksin COVID-19 Pfizer/BioNtech di University Hospital, Coventry, Inggris, 8 Desember 2020. Britain December 8, 2020. Margaret Keenan menjadi orang pertama di dunia yang menerima vaksin COVID-19 Pfizer/BioNtech. Jacob King/Pool via REUTERS
MHRA Inggris menjadi yang pertama di dunia yang menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech. Sedang Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dan Badan Obat Eropa (EMA) masih terus menilai data-datanya.
Efek samping yang terjadi di Inggris segera menjadi rujukan. Di Amerika, pejabat kesehatan setempat pada Rabu, 9 Desember 2020, mengatakan bahwa mereka yang memiliki reaksi alergi parah yang diketahui mungkin tidak menjadi kandidat penerima vaksin Covid-19 Pfizer. Mereka akan dikesampingkan sampai lebih banyak yang dipahami tentang apa yang telah terjadi.
Baca juga:
Mengenal Lebih Dekat Vaksin Pfizer, Pertama Digunakan di Dunia di Inggris
Sementara, Kementerian Kesehatan Kanada juga mengatakan akan melihat reaksi merugikan yang dilaporkan di Inggris. Mereka berharap efek samping tidak akan mengubah risiko atau manfaat suntikan, setelah negara itu menyetujui membeli vaksin yang sama.
REUTERS