TEMPO.CO, Jakarta - Penduduk St. Vincent dan Grenadines telah diberitahu untuk tetap waspada setelah gunung api Karibia hidup kembali.
La Soufrière adalah puncak tertinggi di St. Vincent dan terletak di dekat ujung utara negara itu tetapi tidak aktif selama beberapa dekade sebelum mulai memuntahkan abu pada hari Selasa pekan ini, sebagaimana dilaporkan Business Insider, 3 Januari 2021, yang mengutip AP.
Uap, gas, dan kubah vulkanik yang dibentuk oleh lava yang mencapai permukaan bumi juga dapat dilihat di atas gunung berapi itu, menurut Badan Manajemen Darurat Bencana Karibia (CDEMA).
Baca:
Ada 500 Gunung Api dan 300 Lempeng, Risiko Bencana Indonesia Tertinggi di Dunia
Pemerintah negara itu, yang terdiri dari rangkaian pulau yang menampung lebih dari 100.000, menaikkan tingkat kewaspadaan menjadi oranye, yang berarti bahwa letusan dapat terjadi dengan pemberitahuan kurang dari 24 jam.
La Soufrière terakhir meletus pada 1979 tetapi tidak menyebabkan kerusakan apa pun, sementara letusan tahun 1902 menyebabkan 1.600 kematian.
Dalam insiden yang tidak terkait awal bulan lalu, pihak berwenang dari dekat pulau Martinique di Karibia mengeluarkan peringatan kuning karena aktivitas seismik di bawah Gunung Pelée, lapor Independent.
Fabrice Fontaine dari Observatorium Vulkanologi dan Seismologi Martinik mengatakan kepada AP bahwa ini adalah pertama kalinya peringatan semacam itu dikeluarkan sejak gunung berapi terakhir meletus pada tahun 1932.
Gunung Pelée juga meletus pada tahun 1902 dan menewaskan hampir 30.000 orang, menjadikannya letusan paling mematikan sepanjang abad ke-20.
Pada bulan Desember, gunung api Kilauea di Hawaii meletus untuk pertama kalinya sejak 2018 dan menciptakan danau lava sedalam 600 kaki, menurut NPR.
Namun, gunung berapi paling aktif di Amerika adalah Bukit Soufrière di Montserrat, yang terus meletus sejak 1995 dan menewaskan sedikitnya 19 orang pada 1997, kata Erik Klemetti, ahli vulkanologi dari Universitas Denison, Ohio, kepada AP.
Sumber: BUSINESS INSIDER