TEMPO.CO, Jakarta - Perayaan Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional dan Selebrasi Aksara Sunda pada Minggu, 21 Februari 2021, berlangsung meriah. Di tengah Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, kegiatan yang merupakan agenda tahunan UNESCO tersebut tetap terselenggara dengan baik via daring.
Baca:
Kebijakan Baru WhatsApp Berlaku 15 Mei, Pemakai Tak Setuju Tak Bisa Kirim Pesan?
Erry Riana Harjapamekas, Ketua Dewan Pembina Yayasan Rancage, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa di era digital saat ini, bahasa dan aksara Nusantara harus bisa menyesuaikan perkembangan zaman agar bisa terus dikenal dan dilestarikan.
"Sangat penting untuk mengungkapkan warisan budaya kita secara lebih luas di tingkat internasional, kita bersama-sama mengupayakan agar bahasa dan aksara Sunda dapat berkembang mengikuti perkembangan zaman," kata Erry.
Syaiful Huda, Ketua Komisi X DPR RI yang hadir secara daring mengatakan pada momentum ini, sangat penting untuk kembali menuturkan bahasa ibu masing-masing. Menurutnya, bahasa adalah representasi dari kehidupan sebagai manusia, sehingga mencerminkan identitas bangsa yang majemuk
"Peradaban di masa yang akan datang harus diwarnai dengan kemampuan anak-anak kita, masyarakat kita semakin dalam memaknai bahasa ibunya," ungkap Syaiful.
Dalam kesempatan lain, Dirjen APTIKA, Semmuel A. Pangerapan menyampaikan bahwa Internet dan teknologi digital saat ini telah menjadi jembatan bagi masyarakat untuk menyaksikan keberagaman budaya yang dibawa oleh masing-masing wilayahnya.
"Bertepatan dengan perayaan hari bahasa ibu internasional upaya digitalisasi aksara Nusantara dalam hal ini aksara Sunda merupakan bentuk ikhtiar kita untuk terus menjaga keberagaman budaya Nusantara di ruang digital, sebagai warisan bagi anak cucu kita nanti yang semakin mengandalkan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari," ucap Dirjen APTIKA.
Turut hadir pula Dr. Ming Kuok Lim selaku UNESCO Advisor For Communication secara daring. Mewakili UNESCO, dia mendukung penuh upaya pelestarian budaya daerah.
"UNESCO sangat mengapresiasi dan mendukung penuh upaya-upaya untuk melestarikan bahasa ibu dari sebuah daerah karena hal ini selaras dengan misi UNESCO, yaitu Linguistic Diversity," ungkapnya.
Wakil Ketua Yayasan Kebudayaan Rancage, Etti RS, mengungkapkan rasa terima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah mengikuti rangkaian acara tersebut.
"Ada lebih dari 7.000 orang yang terlibat, 30 orang dewan juri, dan pemenang lomba sebanyak 50 orang. Terima kasih atas bantuannya baik moril maupun materiil dari seluruh stakeholder yang terlibat," ungkap Etti.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Endang Aminudin yang mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan tahun ini.
"Walaupun di tengah pandemi Covid-19, peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional tahun 2021 ini ditandai dengan semaraknya acara yang bisa kita saksikan di seluruh pelosok Nusantara. Bukan hanya seminar, festival, lomba, gelar wicara, tapi banyak lagi acara yang dikemas dengan format baru yang sangat kreatif. Di dalam komunitas penutur bahasa Sunda, kita melihat kesemarakan itu. Belasan acara telah digelar dan melibatkan ribuan penutur bahasa Sunda dari berbagai wilayah tatar Sunda," ujarnya.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menuturkan bahwa Pemprov Jabar berjanji untuk terus mendukung program pelestarian Budaya, Bahasa dan Aksara Sunda ke depannya.
"Sebagai Pemerintah Provinsi Jawa Barat, kami terus mendukung program program penguatan kebudayaan, program pelestarian kebudayaan Sunda khususnya, karena kami melihat upaya upaya ini akan meningkatkan pelestarian dari bahasa Sunda," ucap Ridwan Kamil.
Sementara dari sisi PANDI, Yudho Giri Sucahyo selaku Ketua PANDI menegaskan pentingnya pelestarian budaya aksara Sunda pada momentum perayaan Hari Bahasa Ibu Internasional agar bisa memberikan sinyal pada dunia bahwa budaya dan aksara daerah di Indonesia memang ada dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
"Kita disindir oleh ICANN, pengelola internet dunia bahwa aksara daerah kita hanya muncul di dekorasi, hanya muncul untuk kepentingan sejarah dan pendidikan, dan belum digunakan secara umum untuk komunikasi. Mari kita jadikan sindiran dari ICANN tersebut sebagai semangat kita sebagai momentum untuk menggerakkan digitalisasi aksara Nusantara," pungkas Yudho.
Hari Bahasa Ibu Internasional (HBII) diperingati pada 21 Februari. HBII merupakan salah satu program UNESCO untuk melestarikan dan melindungi semua bahasa yang digunakan oleh masyarakat di dunia.