TEMPO.CO, Jakarta - Kapal selam KRI Nanggala-402 telah dinyatakan tenggelam (subsunk) per Sabtu sore, 24 April 2021, atau hampir 100 jam sejak dinyatakan hilang kontak pada Rabu pagi lalu. Status ini mengingatkan kepada insiden kapal selam hilang terbaru sebelum ini, yakni ARA San Juan milik Angkatan Laut Argentina.
ARA San Juan hilang di Samudera Atlantik sebelah selatan bersama 44 kru di dalamnya. Bangkai kapal selam bermesin diesel itu baru ditemukan setelah satu tahun lebih satu hari dengan jejak ledakan padanya. Kapal selam itu tergolek di lantai laut, di kedalaman sekitar 870 meter--kisaran kedalaman yang sama dengan laut lokasi temuan awal sejumlah benda yang diyakini dari KRI Nanggala-402 di perairan Bali.
Beberapa jam sebelum teridentifikasi positif sebagai ARA San Juan, Angkatan Laut Argentina mengunggah sebuah gambar benda sepanjang 60 meter di dasar laut yang diduga kapal selam yang hilang. Adalah perusahaan spesialisasi pencarian dan penyelamatan laut dalam asal Amerika, Ocean Infinity, yang menemukannya.
Menteri Pertahanan Argentina Oscar Aguad pada saat itu langsung mengumumkan kalau negaranya tak memiliki kemampuan untuk mengangkat kapal selam nahas itu. "Tidak, kami tidak memiliki peralatan untuk menyelam ke kedalaman laut itu. Kami tidak memiliki perlengkapan untuk membawanya ke permukaan dari kedalaman itu," katanya.
ARA San Juan hilang kontak pada 15 November 2017 di lepas pantai Argentina. Menurut keterangan Angkatan Laut Argentina, kapten kapal selam sempat melaporkan korsleting di sistem baterai kapalnya. Korslet disebabkan masuknya air laut ke 'snorkel', pipa yang biasa muncul ke permukaan laut untuk pertukaran udara dalam kapal selam dan isi ulang baterai.
Beberapa hari kemudian, suara yang konsisten dengan sebuah ledakan terdeteksi dari bawah laut dekat lokasi terakhir ARA San Juan sebelum dinyatakan hilang. Deteksi dilakukan sistem pemantau senjata nuklir milik Amerika Serikat.
Pencarian ARA San Juan melibatkan hingga 28 kapal dan sembilan pesawat dari 11 negara. Itu belum termasuk wahana selam robotik dan ratusan sonar buoy. Pencarian kala itu fokus pada kawasan 900 kilometer dari lepas pantai Argentina. Sama seperti pada KRI Nanggala-402, harapan sempat membubung kalau pencarian ARA San Juan membuahkan hasil sebelum suplai oksigen di kapal selam habis.
Angkatan Laut Argentina akhirnya memutuskan penghentian operasi penyelamatan sekitar dua minggu kemudian, sekalipun pencarian masih berlanjut. Alasannya saat itu tidak ada peluang kru kapal selam bakal selamat. Di antara kru atau awak ARA San Juan adalah Eliana Maria Krawczyk, perwira kapal selam perempuan pertama di Argentina.
Ocean Infinity kemudian dikontrak untuk melanjutkan pencarian mulai September. Mereka menggunakan robot bawah air yang dioperasikan tim di kapal Seabed Constructor--kapal yang sama yang terlibat dalam pencarian pesawat Malaysia Airlines MH 370 yang hilang di Samudera Hindia pada tujuh tahun lalu.
Oliver Plunkett, CEO Ocean Infinity, berharap penemuan ARA San Juan bisa menjadi pelajaran untuk keselamatan kapal selam ke depannya. Kapal selam itu juga buatan Jerman pada 1980-an dan dipasangi mesin dan baterai baru lima tahun sebelum insiden November 2017--untuk menyiasati usia pakai yang seharusnya berhenti setelah 30 tahun.
"Jika tetap utuh setelah ledakan, lambung kapal selam akan mampu bertahan di kedalaman laut hingga 500-600 meter. Lebih dalam lagi dari itu, dia akan berubah bentuk karena tekanan," kata Peter Layton dari Griffith Asia Institute at Griffith University, Australia, sebelum temuan ARA San Juan.
CNN | US SOUTHERN COMMAND
Baca juga:
Peneliti Ini Sebut Lambung Kapal Selam KRI Nanggala Pernah Dibongkar Pasang