TEMPO.CO, Jakarta - Pernah menyumbang sebanyak 200 unit ke India pada Mei lalu, kini Indonesia memesan 10 ribu alat oxygen concentrator untuk suplai oksigen medis atau medical oxygen dari Singapura dan Cina. Penyebabnya sama dengan yang dialami di India pada awal tahun, Indonesia kini yang mencatat gelombang besar kasus baru Covid-19.
Impor sebanyak 10 ribu unit oxygen concentrator itu untuk menambah suplai oksigen ke rumah sakit-rumah sakit. Sebelumnya, pemerintah menyatakan sudah meminta pengalihan seluruh produksi oksigen untuk industri menjadi ke pasien rumah sakit atau medical oxygen.
Total, menurut data Kementerian Kesehatan, kebutuhan oksigen untuk perawatan intensif dan isolasi pasien Covid-19 saat ini mencapai 1.928 ton per hari, sementara kapasitas yang tersedia 2.262 ton per hari. Dari sini alat yang bisa menyaring oksigen dari udara bebas menjadi sangat dibutuhkan.
Dalam istilah Head of Clinical Care di WHO, Janet Diaz, "Terapi penyambung nyawa sekarang ini adalah medical oxygen."
Dia mengatakan itu dalam Program Science in 5 on Covid-19 episode 33 yang dipublikasi WHO, 9 April 2021. Saat itu dunia sudah lebih dulu menyaksikan antrean dan saling berebut oksigen untuk medis di India dan banyak negara lain seperti Kongo di Afrika serta Brasil, Peru dan Venezuela di Amerika Latin.
Diaz menerangkan bahwa dalam kasus gejala berat Covid-19 kadar oksigen dalam darah bisa drop yang tampak dari kondisi sesak napas. Di sinilah peran oxygen concentrator dibutuhkan yakni menjaga kadar oksigen itu tetap dalam kisaran normal, lebih dari 95 persen.
"Jika kadar oksigen rendah, jika kadarnya rendah dalam waktu yang lama, jika kondisi ini tidak ditangani...organ tubuh Anda, mereka akan mulai malfungsi," katanya.
Oxygen concentrator bekerja dengan cara memisahkan oksigen dari gas lain dan kotoran di udara bebas melalui proses berulang kompresi-filtrasi-purifikasi. Oksigen untuk medis yang diproduksi harus mencapai kemurnian lebih dari 99,5 persen.
"Udara itu, yang Anda hirup--katakanlah dari tabung--hampir berupa oksigen murni," kata Diaz.
Ilustrasi oxygen concentrator. Shutterstock
Oksigen bisa juga dikompresi ke dalam bentuk cair, tapi suhunya harus dijaga di bawah -182 derajat Celsius. Jika ini bisa dilakukan, satu liter oksigen cair akan ekuivalen dengan 800 liter yang dalam wujud gas, dan itu artinya sangat membantu dalam proses distribusi.
Data WHO menyebut satu dari lima orang yang terinfeksi Covid-19 di dunia membutuhkan suplai untuk memastikan kadar oksigen dalam darahnya berkecukupan. "Sekitar 21 persen dari udara adalah oksigen tapi kita butuh mengkompres menjadi medical oxygen dan itu butuh teknologi," kata Diaz.
Tantangan lain, kata dia, adalah memahami penggunaan alat oxygen concentrator. "Menjaga teknologinya terpelihara, memperbaiki kalau ada yang rusak, dan memastika jaringan pipa-pipanya berfungsi."
Baca juga:
Viral Video Bikin Alat Oksigen Sendiri, Ahli Peringatkan Ini