TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah mengumumkan bahwa Covid-19 varian Delta dapat menyebar dengan sangat cepat. Bahkan, menurutnya, sifat airborne virus membuatnya mampu menular dalam hitungan 15 detik.
Menanggapi itu, Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio menjelaskan, secara teoritis itu bisa terjadi terhadap dua orang yang bertemu tanpa menggunakan masker. “Iya benar, bisa 15 detik tertular,” ujar dia saat dihubungi, Kamis, 22 Juli 2021.
Menurutnya, penularan secepat itu terjadi karena adanya perpindahan droplet—percikan air liur ketika berbicara—dari satu orang ke orang lain yang tidak menggunakan masker. Namun, Amin juga menambahkan, perlu lebih dulu memahami bagaimana seseorang yang terpapar dan tertular.
Karena, kata Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini, seseorang terpapar belum tentu tertular. Sedangkan, tertular itu sampai akhirnya menginfeksi seseorang. “Itu banyak faktornya,” kata sang profesor.
Beberapa faktor itu diantaranya adalah tingkat imunitas seseorang. Juga, menurut Amin, virus yang dikeluarkan melalui droplet tidak terlalu besar jumlahnya. “Jadi tidak selalu terjadi infeksi ya," katanya sambil menambahkan, "Tapi kalau virusnya sekadar pindah dari satu orang ke orang lain, itu memang mungkin.”
Dalam keterangannya, Noor Hisham menyatakan bahwa infeksi yang ditularkan melalui udara menaikkan tingkat infektivitas di masyarakat, yang kemudian menghasilkan lonjakan kasus Covid-19 harian di negerinya. Bahkan di dunia, Noor Hisham menambahkan, penyebaran varian Delta lebih dominan daripada varian lain.
Menurut Noor, Rt (reproduksi efektif virus, jumlah orang yang tertular dari satu kasus positif) virus normal 2,5-3 saja, tapi varian Delta diidentifikasi 5-8. “Artinya, jika 100 orang terinfeksi, virus itu dapat menyebar ke 500 hingga 800 orang dalam waktu yang singkat,” katanya.
Baca juga:
Covid-19: Terpapar Belum Tentu Terinfeksi, Gejala Bisa Bermanfaat