TEMPO.CO, Jakarta - Sepekan setelah gelombang panas menyengat Pulau Hokkaido, suhu udara kota di sebelah utara di pulau di Jepang itu, Wakkanai, drop hingga 51 derajat Fahrenheit dan menjadi rekor suhu Agustus yang terendah di kota itu selama 128 tahun.
Termometer yang ada menunjuk besaran suhu 36,7 derajat Fahrenheit (2,6 derajat Celsius) sebelum memasuki pagi pada Kamis 12 Agustus 2021. Padahal, menurut laporan stasiun berita TV Asahi, kota itu baru saja mengalami suhu udara hingga setinggi 87,8 derajat Fahrenheit (32,6 C) pada 29 Juli lalu.
Warganya yang berangkat bekerja pagi-pagi sekali mengungkapkan ke stasiun berita itu kalau mereka bisa melihat uap dingin bersama setiap embusan napas maupun dari mulut.
Sekitar 80 mil ke arah selatan, di kota di tepi danau, Horokanai, suhu drop sampai ke 38,1 F (13,9 C). Ini terjadi hanya lima hari setelah gelombang panas melonjakkan suhu di kota itu tercatat sampai 92,7 F (26 C).
Cuaca ekstrem dan suhu yang berfluktuasi telah tercatat di seluruh wilayah Jepang dalam beberapa pekan belakangan. Pada awal Agustus pula panitia penyelenggara Olimpiade sampai harus memindahkan lokasi lomba marathon pria ke Sapporo, juga di Hokkaido.
Suhu udara di Tokyo pada pekan lalu juga meningkat menjadi 104 derajat Fahrenheit, menempatkan sejumlah atlet berisiko mengalami heatstroke dalam beberapa agenda kegiatannya. Panitia Olimpiade pada akhirnya mencatat sebanyak 30 atlet menarik diri dari maraton karena kombinasi brutal panas dan kelembapan yang tidak bersahabat itu, sekalipun heatstroke yang menyerang bergejala ringan.
Di banyak lokasi lain, ratusan ribu warga Jepang diminta pada Kamis lalu untuk evakuasi karena peringatan dini banjir dan risiko tanah longsor karena hujan lebat di Pulau Kyushu. Curah hujan selama sehari terukur setara curah hujan yang biasa turun selama sebulan. Otoritas mengeluarkan level tertinggi instruksi evakuasi di sejumlah daerah di bagian pusat pulau itu.
BUSINESS INSIDER, THE STRAITS TIMES
Baca juga:
Kapal Kargo Patah di Perairan Jepang, Ini yang Terjadi