TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi Nottingham Trent University, Inggris mengungkap bahwa Gen Z atau yang berusia di bawah 24 tahun tertarik mengganti smartphone dengan ponsel jadul (feature phone). Hal itu dilakukan karena smartphone dianggap berpengaruh terhadap kesehatan mental.
Lalu, bagaimana produsen smartphone menyikapi studi tersebut? Pengamat gadget Lucky Sebastian menjelaskan bahwa para produsen tidak akan memproduksi kembali ponsel jadul miliknya, dan akan tetap fokus memajukan kemampuan smartphone. Menurutnya, ponsel jadul hanya akan menjadi masa lalu.
Beberapa merek disebutnya sudah banyak yang menghentikan produksi ponsel jadulnya. “Jaringan kita akan berpusat pada data, bukan lagi voice dan SMS, infrastrukturnya juga tidak lama lagi akan dimatikan,” ujar dia saat dihubungi, Kamis sore, 19 Agustus 2021.
Jadi, Lucky melanjutkan, masalah depresi, terkekang, dan kecanduan yang disebutkan dalam penelitian, solusinya tidak bisa dibereskan dengan menyediakan ponsel lama kembali, tetapi lebih ke mentoring atau bantuan profesional, seperti pelarangan di saat tertentu, aplikasi yang memantau penggunaan, profesional seperti dokter atau psikiater, dan lain-lain.
Lucky yang juga pengelola blog Gadtorare itu, menambahkan, ada merek seperti Nokia yang sampai saat ini masih rajin merilis pembaruan ponsel-ponsel jadulnya yang dulu populer atau ponsel nostalgia. Tapi, biasanya model seperti itu lebih ramai di Eropa.
“Karena memang penggunanya yang kebanyakan sudah masuk usia tidak muda lagi. Memilih hidup tenang dan berkomunikasi dengan teknologi seperlunya, banyak populasinya di sana,” tutur Lucky sambil menambahkan bahwa era ini juga akan hilang seiring berjalannya waktu.
Lucky juga sempat mendengar bahwa para pekerja pemerintahan memilih menggunakan ponsel jadul, karena dianggap lebih sulit dilacak. Meskipun memang penggunanya masih ada, tapi jumlah ponsel jadul sudah sedikit, dan infrastruktur jaringan tidak akan dipertahankan dari pengguna voice dan SMS ini. “Karena untuk operator juga sudah tidak menguntungkan, sekarang ini basis jualan operator adalah data.”
Jadi, Lucky berfikir, meskipun tren Gen Z kembali menggunakan ponsel jadul bisa saja membesar, tapi tidak akan sangat besar. Sehingga akhirnya, pengguna tersebut akan terkendala di infrastruktur jaringan walau ponselnya masih bisa didapatkan.
“Apalagi semua sekarang, termasuk hal esensial, seperti ekonomi, kesehatan, data pribadi, layanan umum, dan lain-lain bergerak ke arah digital,” kata Lucky lagi.
Baca:
Gen Z Disebut Beralih ke Ponsel Jadul, Ini Kata Pengamat Gadget